Sabtu, 19 September 2015

PEMAKSAAN SUARA



PEMAKSAAN SUARA
Pemaksaan suara termasuk perilaku yang menyebabkan risiko kerusakan/iritasi pada pita suara. Dalam beberapa kasus, faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku pemaksaan suara mungkin meliputi lingkungan kerja, karakteristik ekspresi pribadi, dan perilaku kebiasaan. Penggunaan suara yang berlebihan dan berkepanjangan merupakan faktor utama ketika mengidentifikasi atau mengevaluasi pemaksaan suara. Perilaku tanpa-wicara misalnya pembersihan tenggorakan yang berlebihan atau batuk dan meniru suara (misalnya, suara motor, suara binatang) juga dianggap pemaksaan suara.

Pasien yang terlibat dalam penggunaan suara yang berlebihan, terutama di lingkungan yang keras, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami patologi vokal. Ketika berbicara di lingkungan yang bising atau ruang yang besar, orang umumnya meningkatkan volume dan kadang-kadang cenderung berteriak atau melakuan teriakan.

Beberapa profesi menyebabkan pasien memiliki resiko pemaksaan suara yang lebih tinggi karena aturan kerja dan tuntutan suara. Pekerjaan ini kemungkinan meliputi mengajar, melatih, layanan pelanggan/perwakilan penjualan, pelayanan, konseling, dan berbicara di depan umum. (Lihat halaman 133 untuk rekomendasi bicara.)

Ketika melakukan perilaku pemaksaan, pita suara saling bergetar/beradu dengan kekuatan yang berlebihan (serangan glotal). Peningkatan volume juga membutuhkan getaran ketat dari pita suara dan peningkatan tekanan udara subglotal. Perilaku dan hiperfungsi suara dalam sistem ini membuat peningkatan risiko iritasi jaringan pita suara dan potensi perubahan mukosa.

Contoh pemaksaan suara
• Peningkatan volume
• Berbicara berkepanjangan
• Pembersihan tenggorokan berlebihan atau batuk
• Berteriak, menjerit, atau berteriak
• Tertawa atau menangis berlebihan
• Meniru suara hewan / mekanik
• Mendengus selama latihan / angkat besi

PENYALAHGUNAAN SUARA
Penyalahgunaan suara, dibandingkan dengan pemaksaan suara, diidentifikasi sebagai penyalahgunaan suara seseorang. Hal ini mungkin meliputi berbicara dengan nada dan volume yang kurang optimal. Selain nada dan volume, penyalahgunaan suara dapat terjadi ketika berbicara dengan ucapan-ucapan yang lama tanpa dukungan napas yang memadai. Hal ini mungkin akibat dari peningkatan laju pembicaraan atau tidak berhenti "untuk bernafas" ketika berbicara. Jenis perilaku ini sering mengakibatkan ketegangan dan/atau kelelahan suara. Perubahan prosodi sering terjadi pada pasien dengan penyalahgunaan suara.

Dalam rangka untuk mengukur perilaku ini dan untuk memfasilitasi produksi suara dalam batas normal berdasarkan usia dan jenis kelamin, penting untuk menggunakan pengukuran persepsi/subjektif dan objektif. Lihat Bab 2, halaman 20-36, untuk alat pengukuran perilaku, akustik, dan aerodinamis.

Pasien yang berisiko tinggi mengalami penyalahgunaan suara meliputi karyawan layanan pelanggan atau telemarketer yang melakukan pembicaraan dengan periode yang lama dari materi yang berulang, penyanyi yang mencoba untuk menyanyi di luar rentang "alami"nya, dan aktor / aktris yang sering menghasilkan berbagai karakter suara.

Berbicara ketika mengalami infeksi saluran pernapasan atas juga dapat berkontribusi terhadap penyalahgunaan suara karena kebutuhan untuk memaksakan strategi kompensasi fonasi untuk mendapatkan volume yang cukup agar didengar oleh orang lain. Penting untuk diingat untuk tidak berbicara "ketika" mengalami radang tenggorokan atau pilek.

Contoh Penyalahgunaan Suara
• Menggunakan nada yang terlalu tinggi/rendah untuk usia dan jenis kelamin
• Penggunaan aliran udara / dukungan napas yang tidak memadai
• Penurunan variasi intonasi/nada
• Berbicara ketika mengalami infeksi saluran pernapasan atas atau dingin
• Bernyanyi di luar rentang "alami" seseorang (Lihat halaman 134-135 untuk terminologi dan pedoman bernyanyi.)
• Produksi karakter suara
• Berbicara saat sedang stres atau lelah

Teori dan Pendekatan
Khasiat berbagai teknik terapi suara telah dibahas dalam literatur (Pannbacker 1998). Pendekatan berikut ini telah dibuktikan efektif untuk gangguan suara tertentu. Meskipun latihan-latihan tertentu disarankan dalam Bab 3 sebagai titik awal, teknik terapi harus disesuaikan dengan gangguan dan kebutuhan setiap pasien dan digunakan oleh dokter ahli.  Latihan dan/atau tugas "membabi buta" tidak bisa dan tidak boleh digunakan berdasarkan pada diagnosis saja.
Penting untuk ditekankan bahwa kualitas vokal pasien yang dihasilkan dengan beberapa latihan terapeutik adalah bukan hasil akhir dari terapi. Latihan ini digunakan untuk mempromosikan kualitas vokal tertentu untuk kemudian dibentuk dalam keseharian, kebiasaan penggunaan suara.






















LEVEL 5: Individu tersebut dapat mampu menggunakan komunikasi augmentatif-altematif dalam percakapan terstruktur dengan mitra komunikasi yang akrab dan orang asing. Namun, ia mungkin kadang-kadang memerlukan isyarat dan waktu tambahan ketika melakukan komunikasi dengan mitra komunikasi orang asing. Individu tersebut terkadang membutuhkan isyarat dan waktu tambahan untuk menyampaikan pikiran yang lebih kompleks/pesan dan kadang-kadang memonitor efektivitas komunikasi ketika menghadapi kesulitan.

TINGKAT 6: Individu tersebut mampu berkomunikasi menggunakan komunikasi augmentatif-alternatif pada sebagian besar kegiatan sehari-hari, namun beberapa keterbatasan masih jelas dalam aktivitas vokasional, hobi dan sosial. Individu tersebut jarang membutuhkan isyarat dan waktu tambahan untuk menyampaikan pikiran yang kompleks/pesan dan biasanya memonitor efektivitas komunikasi ketika menghadapi kesulitan.

TINGKAT 7: Kemampuan individu untuk berhasil dan berpartisipasi mandiri dalam kegiatan vokasional, hobi dan sosial yang tidak dibatasi oleh kemampuan komunikasi augmentatif-alternatif. Individu tersebut secara mandiri memonitor efektivitas komunikasi ketika menghadapi kesulitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar