BAB I
PENDAHULUAN
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif
dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman beralkohol
dibatasi ke sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah melewati
batas usia tertentu.
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung zat etanol, zat psikoaktif yang bila
dikonsumsi akan mengakibatkan kehilangan kesadaran. Minuman beralkohol juga
merupakan minuman keras yang termasuk kategori jenis zat narkotika yang
mengandung alkohol, tidak peduli berapa kandungan alkohol di dalamnya.
Alkoholik adalah peminum berat yang tingkat ketergantungan atas alkohol
telah mengganggu mental secara nyata atau mengganggu kesehatan fisik dan
mentalnya, hubungan antarpribadinya serta kelancaran fungsi ekonomi dan
sosialnya (Ingram dkk, 1993).
Penggunaan minuman beralkohol yang berlebihan, merupakan persoalan
kesehatan utama di seluruh dunia. (Delf, 1996). Alkohol mengakibatkan pengaruh
hepatotoksik langsung dan menyebabkan gangguan pada metabolisme protein, lemak
dan karbohidrat. Keadaan gizi yang tidak memadai sering menyertai alkoholisme,
sehingga merupakan bagian umum gambaran
klinik penyakit tersebut (Delf, 1996).
Tes fungsi hati atau disebut juga Liver Function Test adalah pengukuran
komponen darah yang memberi petunjuk akan keberadaan dan jenis kerusakan
hati.Tes fungsi hati terdiri dari pemeriksaan bilirubin, AST, ALT, fosfatase
alkali, dan Gamma Glutamil Transpeptidase. Pada alkoholisme pemeriksaan yang
sering dilakukan adalah pemeriksaan Gamma Glutamil Transpeptidase. Karena Gamma
Glutamil Transpeptidase dipengaruhui
oleh ingesti alkohol sehingga dapat memberi indikasi induksi enzim
hepatoseluler akibat alkohol. Gamma Glutamil Transpeptidase adalah enzim yang ditemukan terutama pada
jaringan hati dan ginjal. (Allan Gaw dkk, 2011). Untuk itu diperlukan
pemeriksaan enzim Gamma Glutamil Transpeptidase
untuk mengetahui fungsi hati pada alkoholik.
Minuman keras alkohol mengandung etil alkohol yang diperoleh dari hasil
fermentasi madu, gula, sari buah, atau umbi-umbian. Lamanya proses fermentasi
bergantung pada bahan dan jenis produk minuman keras yang dihasilkan. Kandungan
etanol yang dihasilkan dalam fermentasi minuman keras beralkohol biasanya
berkisar antara sekitar 18%. Umumnya, minuman keras tidak akan awet pada
lingkungan dengan kandungan etanol di atas 18%.
Minuman keras beralkohol dengan kandungan etanol yang lebih tinggi dapat
dihasilkan melalui proses distilasi terhadap produk yang dihasilkan melalui
proses fermentasi. Misalnya, untuk menghasilkan minuman keras alkohol berkadar
etanol tinggi, dengan cara mencampur produk hasil fermentasi dengan produk
hasil distilasi. Contohnya, port wine dan
sherry yang termasuk kelompok fortified wine.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Jenis-Jenis Minuman Keras
Minuman keras
memiliki varian-varian tertentu berdasarkan bahan pembuatannya dan kadar etanol
yang dikandungnya. Berikut jenis-jenis minuman keras alkohol dengan kadar
etanol yang dimilikinya, seperti tampak pada tabel 1.
Tabel 1. Jenis
Minuman Beralkohol
Berdasarkan Kepres
No. 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol,
minuman beralkohol dibagi menjadi 3 golongan.
1. Golongan
A
Kadar
etanol 1-5% (Bir Bintang dan Green Sands).
2. Golongan
B
Kadar
etanol 5-20% (Anggur Malaga).
3. Golongan
C
Kadar etanol
20-55% (Brandy dan Whiskey).
Minuman beralkohol
berdasarkan kadar alkoholnya dapat dikategorikan dalam 2 golongan yaitu:
1. Minuman
yang mengandung kadar alkohol rendah
Yang dimaksud dengan minuman yang mengandung
kadar alkohol rendah adalah minuman yang diukur pada 15°C lebih mengandung 15%
kadar alkohol. Didalam kelompok minuman yang mengandung kadar alkohol rendah
ini antara lain adalah: Bir dan Anggur (wine)
a. Wine (anggur)
Wine atau
anggur adalah sari buah anggur yang diragikan kemudian melalui proses pemeraman
atau fermentasi selama beberapa tahun lamanya untuk menghasilkan anggur yang
matang dan mempunyai kadar alkohol antara 8-14%. Dilihat dari proses
fementasinya wine digolongkan
menjadi 4 :
1)
Aromatized wine
Berasal dari hasil fementasi biah anggur
putih ditambah aroma tertentu dan ditinggikan kadar alkoholnya dengan
penambahan minuman spirit.
Contoh Red Martini Rossi
Gambar 1. Aromatized Wine
2)
Natural wine/table
wine
Merupakan hasil fermentasi sari buah anggur
murni (baru dipetik) tanpa dicampur apapun. Dapat digolongkan berdasarkan
warnanya yaitu : White Wine (warna
putih), Red Wine (warna merah),
dan Rose Wine (warna merah
muda).
Gambar 2. Natural Wine
3)
Sparkling wine
Sparkling anggur
adalah anggur dengan tingkat signifikan karbon dioksida yang ada di dalamnya
membuat bersoda. Yaitu dengan proses fermentasi dengan penambahan gula pada
fermentasi kedua hingga terdapat gelembung udara (CO2). Karbon dioksida
diperoleh dari hasil fermentasi alami atau sebagai hasil injeksi karbon
dioksida. Disajikan dingin pada suhu 4-7oC. contoh Champagne, Dry champagne (fruity and sweet), Brut champagne (very dry)
Gambar 3. Sparkling Wine
4)
Fortified wine
Hasil fermentasi dengan menambahkan gula dan spirit. Fortified wine yang mengandung alkohol lebih tinggi dibandingkan
dengan wine biasa (antara 15%
hingga 20.5%). Kadar alkohol yang tinggi ini adalah hasil dari penambahan spirit pada proses pembuatannya.
Gambar 4. Fortified Wine
b. Beers
Minuman yang diperoleh dari hasil peragian malt dan hop mempunyai kadar alkohol 3-5%. Bir dibuat melalui "brewing process" dari bahan
bahan barly (malt), bunga hops, gula, ragi, air dan bahan penjernih. Bir
mengandung 9% kadar alkohol, air, CO2, mineral dan asam-asaman, dan dijual
dalam botol, kaleng maupun melalui "draguht
beer instalation pump".
Penyajian bir ini harus mendapatkan perhatian
baik dari Bartender maupun dari pramusaji. Gelas yang dipergunakan untuk
penyajian bir adalah : Beer Mug yaitu
gelas yang bertelinga dengan ukuran 16 oz. Gelas yang dipergunakan harus gelas
yang sudah didinginkan. Umumnya untuk menyajikan bir dengan baik adalah dengan
cara mendinginkan gelas bir tersebut. Setelah botol bir dibuka maka pramusaji
harus segera membawa bir tersebut kepada tamu. Pada waktu menuangkan bir
kedalam gelas maka harus diperhatikan bahwa gelas tersebut harus miring.
Maksudnya agar tidak akan terjadi busa yang melimpah. Oleh sebab ini maka
pencucian gelas bir tidak dicampur dengan pencucian gelas gelas yang lain di
tempat pencucian. Gelas bir ini sebaiknya dicuci dengan mempergunakan campuran
soda khusus.
Gambar 5. Beers
2. Minuman
yang mengandung kadar alkohol tinggi
Yang dimaksud dengan minuman yang mengandung
kadar alkohol tinggi adalah minuman yang diukur pada 15°C kurang mengandung 15%
kadar alkohol
a.
Spirit
Merupakan alkohol yang berwarna bening yang
melalui proses destilasi ulang
dan mempunyai kadar alkohol 36-45% cukup tinggi.
1)
Liquors
Berasal dari padi-padian, kadar alkohol
tinggi, tidak berasa manis. Contoh : Brandy, Cognac, Tequila, Vodca, Rhum,
Whiskey
Gambar 6. Liquors
2) Liqueurs
Merupakan destilasi (campuran) dari liquors
ditambahkan rasa. Liqueurs adalah
"sebuah minuman beralkohol yang dibuat dari kombinasi spirit (rum, brendi,
gin, wiski, dan dll) dengan bahan penambah rasa tertentu, dan mengandung lebih
dari 2,5% sirup gula." Contoh Tia Maria, Kahlua.
Gambar 7. Liqueurs
b.
Arak dan sake
Berasal
dari beras dengan kandungan alkohol 16-30%
Gambar 8. Arak
B. Efek samping
Bila dikonsumsi berlebihan, minuman
beralkohol dapat menimbulkan efek samping ganggguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi
berpikir, merasakan, dan berprilaku. Timbulnya GMO itu disebabkan reaksi
langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat. Karena sifat adiktif alkohol itu, orang yang meminumnya
lama-kelamaan tanpa sadar akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis
keracunan atau mabuk.
Mereka yang terkena GMO biasanya
mengalami perubahan perilaku, seperti misalnya ingin berkelahi atau melakukan
tindakan kekerasan lainnya, tidak mampu menilai realitas, terganggu fungsi
sosialnya, dan terganggu pekerjaannya. Perubahan fisiologis juga terjadi,
seperti cara berjalan yang tidak mantap, muka merah, atau mata juling.
Perubahan psikologis yang dialami oleh konsumen misalnya mudah tersinggung,
bicara ngawur, atau kehilangan konsentrasi.
Efek samping terlalu banyak minuman
beralkohol juga menumpulkan sistem kekebalan tubuh. Alkoholik kronis membuat
jauh lebih rentan terhadap virus termasuk HIV.
Mereka yang sudah ketagihan biasanya
mengalami suatu gejala yang disebut sindrom
putus alkohol, yaitu rasa takut diberhentikan minum alkohol. Mereka akan
sering gemetar dan jantung berdebar-debar, cemas, gelisah, murung, dan banyak
berhalusinasi.
Kandungan alkohol di atas 40 gram
untuk pria setiap hari atau di atas 30 gram untuk wanita setiap hari dapat
berakibat kerusakan pada organ/bagian tubuh peminumnya. Misalnya, kerusakan
jaringan lunak yang ada di dalam rongga mulut, seputar tenggorokan, dan di
dalam sistem pencernaan (di dalam perut). Organ tubuh manusia yang paling rawan
akibat minuman keras adalah hati atau lever. Seseorang yang sudah terbiasa
meminum minuman beralkohol, apalagi dengan takaran yang melebihi batas, setahap
demi setahap kadar lemak di dalam hatinya akan meningkat. Akibatnya, hati harus
bekerja lebih dari semestinya untuk mengatasi kelebihan lemak yang tidak larut
di dalam darah. Dampak lebih lanjut dari kelebihan timbunan lemak di dalam hati
tersebut akan memakan hati sehingga selnya akan mati. Kalau tidak cepat diobati
akan terjadi sirosis (pembentukan parut) yang akan menyebabkan fungsi hati
berkurang dan menghalangi aliran darah ke dalam hati. Kalau tidak segera
diobati akan berkembang menjadi kanker hati.
Tidak hanya bagian lever yang akan
rusak atau tidak berfungsi, bagian lain seperti otak pun bisa terganggu. Hal
itu membuktikan bahwa minuman keras mengakibatkan penyakit yang bisa membawa
kematian.
1.
Efek Samping Alkohol Terhadap Tubuh
Jika mengkonsumsi
alkohol secara berlebihan akan menimbulkan efek samping pada jasmani sesorang.
Efek jasmani dapat dibagi menjadi efek yang terkait alkoholisme akut dan
menahun.
a.
Sindrom Klinis Alkoholik Akut
Kadar
intoksikasi berkolerasi langsung dengan kadar alkohol darah, yang juga berkorelasi
langsung dengan kadar yang terabsorbsi, termetabolisme, dan yang
terekskresikan. Makanan terutama susu dan substansi lemak pada lambung dan usus
halus dapat mengganggu penyerapan. Setelah alkohol memasuki aliran darah hanya
sekitar 5 -10 % yang diekskresikan dalam bentuk tidak dimetabolismekan,
sebagian besar ke dalam kemih dan udara pernapasan. Sisanya dimetabolismekan
terutama di hati dan diubah menjadi asetaldehida, tetapi sebagian mungkin
dimetabolismekan oleh enzim lain. Ketika kadar darah meningkat, maka hambatan
pertama pada jaras pengatur subkorteks timbul, yang menyebebkan
hipereksitabilitas neuron korteks dan bertangggung jawab terhadap berbagai pola
tindak yang masyarakat.
b.
Sindrom Klinis Alkoholik Menahun
Lebih samar-samar
dan merusak hampir semua organ, dan jaringan dalam tubuh. Beberapa efek ini
dikaitkan dengan gizi, karena alkohol di usus mengganggu penyerapan banyak
substansi gizi oleh usus, terutama folat dan vitamin B12. Kadar
asetaldehida yang tinggi, sebagai salah satu metabolit alkohol, dapat
menimbulkan jejas pada hati, jantung, dan organ-organ lain. Kegiatan radikal
bebas yang meninggi pada alkoholik menahun sebagai kemungkinan mekanisme yang
lain jejas jaringan. Dengan mekanisme apapun, biasanya peminum berat mengalami
perpendekan usia terkait terutama pada kerusakan hati, otak, dan jantung
Ingesti jangka
pendek hingga 80 g etanol per hari (delapan botol bir atau 7 ons minuman keras
berkadar alkohol 80%) umumnya menyebabkan kelainan hati yang ringan dan
reversible, seperti perlemakan hati. Ingesti 160 g atau lebih etanol setiap
hari selama 10 hingga 20 tahun dilaporkan secara konsisten menimbulkan cedera
yang lebih parah; asupan kronis 80 hingga 160 g per hari dianggap sebagai
ambang risiko terjadinya kerusakan yang parah (Robbins, 2007). Tidak ada
sirosis atau tidak ada hepatitis alkoholik yang terlihat pada pasien yang
mengkonsumsi rata-rata 160 gram ethanol per hari selama kurang dari 5 tahun.
2.
Kelainan Hati yang Disebabkan oleh Alkohol
Sirosis hati
terjadi setelah penyalahgunaan alkohol bertahun-tahun. Produk akhir pencernaan
alkohol, terutama produk akhir yang dihasilkan di hati seseorang pecandu
alkohol, bersifat toksik terhadap hepatosit. Nutrisi yang buruk yang sering
menyebabkan kerusakan hati, mungkin dengan merangsang hati secara berlebihan
untuk melakukan gluconeogenesis atau metabolisme protein. Sirosis alkohol
memiliki 3 stadium (Corwin, 2009).
a.
Penyakit Perlemakan Hati
Kelainan
ini merupakan stadium pertama, bersifat reversible dan ditandai oleh penimbunan
trigliserida di hepatosit. Alkohol dapat menyebabkan penimbunan trigliserida di
hati dengan bekerja sebagai bahan bakar untuk pembentukan energi sehingga asam
lemak tidak lagi diperlukan. Produk-produk akhir alkohol, terutama asetaldehida
juga mengganggu fosforilasi oksidatif asam-asam lemak oleh mitokondria
hepatosit. Sehingga asam-asam lemak tersebut terperangkap di dalam hepatosit.
Infiltrasi hati oleh lemak dan dapat kembali apabila ingesti alkohol dihentikan.
b.
Hepatitis Alkohol
Hepatitis
alkohol merupakan stadium kedua sirosis alkohol. Hepatitis merupakan peradangan
sel-sel hati. Pada pecandu alkohol, peradangan sebagian sel dan nekrosis yang
diakibatkan biasnya timbul setelah minum alkohol dalam jumlah besar. Kerusakan
hepatosit mungkin disebabkan olek toksisitas produk-produk akhir metabolisme
alkohol, terutama asetaldehida dan ion hydrogen. Stadium ini juga dapat kembali apabila ingesti alkohol dihentikan.
c.
Sirosis Alkohol
Sirosis
alkohol merupakan stadium akhir sirosis alkohol dan bersifat tidak dapat kembali. Pada stadium ini, sel-sel hati yang mati
diganti oleh jaringan perut. Peradangan kronik menyebabkan timbulnya
pembengkakan dan idema interstisium yang dapat menyebabkan kolapsnya
pembuluh-pembuluh darah kecil dan meningkatnya resistensi terhadap aliran darah
melalui hati.
Selain
itu, Selain itu, akibat repons peradangan terbentuk pita-pita fibrosa yang
melingkari dan melilit hepatosit-hepatosit yang masih ada. Terjadi hipertensi
porta dan asites. Biasanya timbul varies esophagus, rektum, dan abdomen serta
icterus hepatoseluler. Resistensi terhadap aliran darah yang melintasi hati
meningkat secara progresif dan fungsi hati semakin memburuk (Corwin, 2009).
BAB III
METODE
A.
Sampel
Penelitian
Sampel penelitian ini adalah
peminum alkohol lebih dari 5 tahun mengonsumsi alkohol. Sampel pada penelitian
ini adalah peminum alkohol sebanyak 20 sampel dengan kriteria:
a. Peminum
alkohol ( lebih dari 5 tahun)
b. Bersedia
diambil darah
B.
Prosedur
Pemeriksaan
1.
Prosedur Pengambilan Darah
a.
Membersihkan
tempat yang akan ditusuk terlebih
dahulu dengan alkohol swap dan membiarkannya kering kembali.
b.
Memasang
torniquet/pembendung pada lengan atas
c.
Menegangkan kulit pada
bagian distal dari vena tersebut
dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak dapat
bergerak.
d.
Menusuk vena
pelan-pelan dengan lubang jarum menghadap ke atas dengan tangan kanan sampai ujung jarum masuk ke dalam
lumen vena.
e.
Bila berhasil maka
segera terlihat darah memasuki spuit dan pengambilan darah dilanjutkan pelan-pelan
sampai dengan volume 3 ml
f.
Melepaskan
pembendung/torniquet
g.
Menaruh kapas
diatas jarum dan mencabut semprit dan jarum.
h.
Mengangkat jarum
dari semprit dan mengalirkan darah ke dalam wadah atau tabung yang tersedia
melalui dinding.
2.
Prosedur Pembuatan Serum
a.
Mengambil darah
vena sebanyak 3ml
b.
Memasukkan darah ke
dalam tabung reaksi yang bersih dan kering.
c.
Membiarkan darah
pada suhu kamar selama 20 menit.
d.
Mencentrifuge selama 15-20 menit dengan
kecepatan 3000 rpm.
e.
Memisahkan cairan
atas (serum) ke dalam tabung lain dan digunakan sebagai bahan pemerikaan.
3.
Pemeriksaan Enzim Gamma Glutamil Transpeptidase
Metode : Colorimetric, Kinetik, Increasing
Reaction SZASZ,
standardized to IFCC
Prinsip : L-ɣ-glutamyl-3-carboxy-nitroanilide+glycylglycine ɣ-GT
L-ɣ-glutamylglycylglycine
+ 5-amino-2-nitrobenzoat
Temperatur : 37◦C
Sampel : 15 µl
Monoreagen : 250 µl
Incubasi : 180 s
Baca absorben pada panjang gelombang 405 nm
(400-420nm)
4.
Pengukuran terhadap Metrolab 2003 Plus
a.
Menghidupkan
Alat
1)
Sambungkan alat dengan kompter
2)
Sambungkan Alat dan komputer dengan Sumber
Listrik-UPS
3)
Hidup kan alat dengan menekan tombol On pada
tombol On Off atas dibagian atas
4) Tekan tombol On bagian bawah untuk menghidupkan pendingin reagen
b.
Mengidupkan
Komputer
1)
Tekan tombol on pada computer
2)
Tunggu sampai computer loading selesai
3)
Buka aplikasi “Autoanalyzer” dengan klik 2 kali
pada icon “autonalyzer”
4)
Tunggu sampai loading selesai dan tampil menu
opersioanal metrolab 2300 plus yaitu menu “Autoanalyzer
versi 4”
5)
Clik dengan mause “Yes” saaat ada pilihan “will initiate now? (recommended)”
6)
Tunggu
alat melakukan initial sampai selesai
7)
Alat memberikan status Ready yaitu siap digunakan
5.
Pemeriksaan Sampel
a.
Siapkan serum sampel
b.
Klik Samples(hijau),di menu Sampel
(Samples(hijau), STAS (merah), Controls (Kuning), Calibration (biru)
c.
Isi ID pasien
d.
Isi Nama pasien
e.
Pilih GGT
f.
Clik To Tray
g.
Clik icon menu Sampels and Reagen pada menu “Autoanalyzer versi 4”
h.
Lihat posisi nomor sampel yang sesuai (tanda
hijau) yang harus diletakkan
i.
Letakkan serum sampel pada tray sampel sesuai
nomer yang diminta alat
j.
Jalankan pemeriksaan dengan menekan tambol icon
“automatic start” (gambar kunci)
k.
Tunggu sampai selesai melakukan pemeriksaan
l.
Hasil akan muncul pada komputer
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Berdasarkan Penelitian Pemeriksaan Enzim Gamma
Glutamil Transpeptidase pada peminum alkohol di Laboraturium RS Panti Rahayu
Purwodadi pada tanggal 25 Januari 2014 diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel
2. Hasil Pemeriksaan Enzim Gamma
Glutamil Transpeptidase pada Peminum Alkohol
No
|
Umur
|
Lama
mengkonsumsi alkohol
|
Hasil
U/L
|
Keterangan
|
1
|
35
|
10
tahun
|
80.64
|
>Normal
|
2
|
30
|
15
tahun
|
613.3
|
>Normal
|
3
|
42
|
20
tahun
|
97.69
|
>Normal
|
4
|
33
|
18
tahun
|
74.2
|
>Normal
|
5
|
52
|
15
tahun
|
60.79
|
>Normal
|
6
|
26
|
11
tahun
|
59.09
|
>Normal
|
7
|
50
|
38
tahun
|
56.57
|
>Normal
|
8
|
26
|
5
tahun
|
36.47
|
Normal
|
9
|
44
|
20
tahun
|
20.64
|
Normal
|
10
|
14
|
5
tahun
|
20.96
|
Normal
|
11
|
29
|
6
tahun
|
17.52
|
Normal
|
12
|
52
|
25
tahun
|
46.41
|
Normal
|
13
|
37
|
5
tahun
|
26.39
|
Normal
|
20
|
19
|
7
tahun
|
37.92
|
Normal
|
15
|
20
|
5
tahun
|
54.2
|
Normal
|
16
|
27
|
6
tahun
|
17.36
|
Normal
|
17
|
25
|
10
tahun
|
22.67
|
Normal
|
18
|
15
|
5
tahun
|
48.55
|
Normal
|
19
|
19
|
5
tahun
|
20.03
|
Normal
|
20
|
27
|
10
tahun
|
50.4
|
Normal
|
Keterangan
:
>
Normal : diatas harga normal
Harga Normal
Laki – Laki : < 55 U/L
Hasil pemeriksaan enzim Gamma Glutamil
Transpeptidase pada peminum alkohol dari 20 sampel dapat dibuat prosentase
sebagai berikut :
1. Dari
20 sampel, 7 sampel
mengalami peningkatan aktifitas enzim ƔGT. Jadi prosentasenya adalah
2. Dari
20 sampel, 13 sampel
tidak mengalami peningkatan aktivitas enzim Gamma
Glutamil Transpeptidase. Jadi prosentasenya
adalah
B.
Pembahasan
Berdasarkan dari data pemeriksaan enzim Gamma
Glutamil Transpeptidase pada peminum alkohol diperoleh hasil yaitu 35% dari 20
sampel ( 1 – 7 ) mengalami peningkatan aktivitas enzim Gamma Glutamil
Transpeptidase, 65% dari 20 sampel ( 8 – 20 ) tidak mengalami peningkatan
aktivitas enzim Gamma Glutamil Transpeptidase.
Dapat dijelaskan
hasil prosentase pada pemeriksaan enzim Gamma Glutamil Transpeptidase
pada peminum alkohol adalah sebagai berikut :
a. 7
sampel peminum alkohol mengalami peningkatan aktivitas enzim Gamma Glutamil
Transpeptidase
Peningkatan
enzim Gamma Glutamil Transpeptidase pada peminum alkohol dapat memberi petunjuk
kelainan fungsi hati akibat alkohol. Peningkatan kadar Gamma Glutamil
Transpeptidase bervariasi sesuai dengan
tingkat kerusakan hati. Hal ini terjadi
karena kerusakan sel atau peningkatan
permeabilitas membran sel, enzim akan banyak keluar ke ruang ekstra sel dan ke
dalam aliran darah. Peningkatan enzim Gamma
Glutamil Transpeptidase dapat menjadi petunjuk kemungkinan terjadi gangguan
hepatoseluler.
b. 13
sampel peminum alkohol tidak mengalami peningkatan aktivitas enzim Gamma
Glutamil Transpeptidase
Hal ini disebabkan karena kemampuan setiap individu
dalam memetabolisme alkohol berbeda-beda. Gizi yang memadai juga dapat
berpengaruh terhadap adanya peningkatan aktivitas Gamma Glutamil
Transpeptidase, karena tidak bisa meningkatkan efek toksik alkohol.
Seorang pecandu alkohol akan mengalami peningkatan
kadar Gamma Glutamil Transpeptidase dan akan kembali normal setelah 3 – 6
minggu tidak mengkonsumsi alkohol.
BAB
V
KESIMPULAN
Dari 20 sampel yang
diperiksa, 35% peminum alkohol menunjukan peningkatan aktivitas enzim Gamma
Glutamil Transpeptidase , kemungkinan terjadi kerusakan hepatoseluler. 65%
sampel peminum alkohol tidak terjadi peningkatan aktivitas enzim Gamma Glutamil
Transpeptidase.
Pemeriksaan enzim Gamma
Glutamil Transpeptidase dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi hati dan
terjadinya kerusakan hepatoseluler.
DAFTAR
PUSTAKA
Allan Gaw, dkk. 2011. Biokimia Klinis. Jakarta: EGC.
Akbar, Nurul. 1996. Buku Ajar Ilmu Dalam. Jakarta: EGC
Corwin, Elisabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC
Widmann, Frances. 1995. Tinjauan Klinis.Hasil Pemeriksaan Laboraturium. Edisi 9. Jakarta:
EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar