Sabtu, 19 September 2015

MINUMAN BERALKOHOL



BAB I
PENDAHULUAN

Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi ke sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu.
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung zat etanol, zat psikoaktif yang bila dikonsumsi akan mengakibatkan kehilangan kesadaran. Minuman beralkohol juga merupakan minuman keras yang termasuk kategori jenis zat narkotika yang mengandung alkohol, tidak peduli berapa kandungan alkohol di dalamnya.
Alkoholik adalah peminum berat yang tingkat ketergantungan atas alkohol telah mengganggu mental secara nyata atau mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya, hubungan antarpribadinya serta kelancaran fungsi ekonomi dan sosialnya (Ingram dkk, 1993).
Penggunaan minuman beralkohol yang berlebihan, merupakan persoalan kesehatan utama di seluruh dunia. (Delf, 1996). Alkohol mengakibatkan pengaruh hepatotoksik langsung dan menyebabkan gangguan pada metabolisme protein, lemak dan karbohidrat. Keadaan gizi yang tidak memadai sering menyertai alkoholisme, sehingga merupakan bagian umum  gambaran klinik penyakit tersebut (Delf, 1996).
Tes fungsi hati atau disebut juga Liver Function Test adalah pengukuran komponen darah yang memberi petunjuk akan keberadaan dan jenis kerusakan hati.Tes fungsi hati terdiri dari pemeriksaan bilirubin, AST, ALT, fosfatase alkali, dan Gamma Glutamil Transpeptidase. Pada alkoholisme pemeriksaan yang sering dilakukan adalah pemeriksaan Gamma Glutamil Transpeptidase. Karena Gamma Glutamil Transpeptidase  dipengaruhui oleh ingesti alkohol sehingga dapat memberi indikasi induksi enzim hepatoseluler akibat alkohol. Gamma Glutamil Transpeptidase  adalah enzim yang ditemukan terutama pada jaringan hati dan ginjal. (Allan Gaw dkk, 2011). Untuk itu diperlukan pemeriksaan enzim Gamma Glutamil Transpeptidase  untuk mengetahui fungsi hati pada alkoholik.
Minuman keras alkohol mengandung etil alkohol yang diperoleh dari hasil fermentasi madu, gula, sari buah, atau umbi-umbian. Lamanya proses fermentasi bergantung pada bahan dan jenis produk minuman keras yang dihasilkan. Kandungan etanol yang dihasilkan dalam fermentasi minuman keras beralkohol biasanya berkisar antara sekitar 18%. Umumnya, minuman keras tidak akan awet pada lingkungan dengan kandungan etanol di atas 18%.
Minuman keras beralkohol dengan kandungan etanol yang lebih tinggi dapat dihasilkan melalui proses distilasi terhadap produk yang dihasilkan melalui proses fermentasi. Misalnya, untuk menghasilkan minuman keras alkohol berkadar etanol tinggi, dengan cara mencampur produk hasil fermentasi dengan produk hasil distilasi. Contohnya, port wine dan sherry yang termasuk kelompok fortified wine.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Jenis-Jenis Minuman Keras
Minuman keras memiliki varian-varian tertentu berdasarkan bahan pembuatannya dan kadar etanol yang dikandungnya. Berikut jenis-jenis minuman keras alkohol dengan kadar etanol yang dimilikinya, seperti tampak pada tabel 1.
Tabel 1. Jenis Minuman Beralkohol
Berdasarkan Kepres No. 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol, minuman beralkohol dibagi menjadi 3 golongan.
1.      Golongan A
Kadar etanol 1-5% (Bir Bintang dan Green Sands).
2.      Golongan B
Kadar etanol 5-20% (Anggur Malaga).
3.      Golongan C
Kadar etanol 20-55% (Brandy dan Whiskey).
Minuman beralkohol berdasarkan kadar alkoholnya dapat dikategorikan dalam 2 golongan yaitu:
1.      Minuman yang mengandung kadar alkohol rendah
Yang dimaksud dengan minuman yang mengandung kadar alkohol rendah adalah minuman yang diukur pada 15°C lebih mengandung 15% kadar alkohol. Didalam kelompok minuman yang mengandung kadar alkohol rendah ini antara lain adalah: Bir dan Anggur (wine)
a.       Wine (anggur)
Wine atau anggur adalah sari buah anggur yang diragikan kemudian melalui proses pemeraman atau fermentasi selama beberapa tahun lamanya untuk menghasilkan anggur yang matang dan mempunyai kadar alkohol antara 8-14%. Dilihat dari proses fementasinya wine digolongkan menjadi 4 :
1)      Aromatized wine
Berasal dari hasil fementasi biah anggur putih ditambah aroma tertentu dan ditinggikan kadar alkoholnya dengan penambahan minuman spirit. Contoh Red Martini Rossi
Gambar 1. Aromatized Wine
2)      Natural wine/table wine
Merupakan hasil fermentasi sari buah anggur murni (baru dipetik) tanpa dicampur apapun. Dapat digolongkan berdasarkan warnanya yaitu : White Wine (warna putih), Red Wine (warna merah), dan Rose Wine (warna merah muda).
Gambar 2. Natural Wine
3)      Sparkling wine
Sparkling anggur adalah anggur dengan tingkat signifikan karbon dioksida yang ada di dalamnya membuat bersoda. Yaitu dengan proses fermentasi dengan penambahan gula pada fermentasi kedua hingga terdapat gelembung udara (CO2). Karbon dioksida diperoleh dari hasil fermentasi alami atau sebagai hasil injeksi karbon dioksida. Disajikan dingin pada suhu 4-7oC. contoh Champagne, Dry champagne (fruity and sweet), Brut champagne (very dry)
Gambar 3. Sparkling Wine
4)      Fortified wine
Hasil fermentasi dengan menambahkan gula dan spirit. Fortified wine yang mengandung alkohol lebih tinggi dibandingkan dengan wine biasa (antara 15% hingga 20.5%). Kadar alkohol yang tinggi ini adalah hasil dari penambahan spirit pada proses pembuatannya.
Gambar 4. Fortified Wine
b.      Beers
Minuman yang diperoleh dari hasil peragian malt dan hop mempunyai kadar alkohol 3-5%. Bir dibuat melalui "brewing process" dari bahan bahan barly (malt), bunga hops, gula, ragi, air dan bahan penjernih. Bir mengandung 9% kadar alkohol, air, CO2, mineral dan asam-asaman, dan dijual dalam botol, kaleng maupun melalui "draguht beer instalation pump".
Penyajian bir ini harus mendapatkan perhatian baik dari Bartender maupun dari pramusaji. Gelas yang dipergunakan untuk penyajian bir adalah : Beer Mug yaitu gelas yang bertelinga dengan ukuran 16 oz. Gelas yang dipergunakan harus gelas yang sudah didinginkan. Umumnya untuk menyajikan bir dengan baik adalah dengan cara mendinginkan gelas bir tersebut. Setelah botol bir dibuka maka pramusaji harus segera membawa bir tersebut kepada tamu. Pada waktu menuangkan bir kedalam gelas maka harus diperhatikan bahwa gelas tersebut harus miring. Maksudnya agar tidak akan terjadi busa yang melimpah. Oleh sebab ini maka pencucian gelas bir tidak dicampur dengan pencucian gelas gelas yang lain di tempat pencucian. Gelas bir ini sebaiknya dicuci dengan mempergunakan campuran soda khusus.
Gambar 5. Beers
2.      Minuman yang mengandung kadar alkohol tinggi
Yang dimaksud dengan minuman yang mengandung kadar alkohol tinggi adalah minuman yang diukur pada 15°C kurang mengandung 15% kadar alkohol
a.       Spirit
Merupakan alkohol yang berwarna bening yang melalui proses destilasi ulang dan mempunyai kadar alkohol 36-45% cukup tinggi.
1)      Liquors
Berasal dari padi-padian, kadar alkohol tinggi, tidak berasa manis. Contoh : Brandy, Cognac, Tequila, Vodca, Rhum, Whiskey
Gambar 6. Liquors
2)      Liqueurs
Merupakan destilasi (campuran) dari liquors ditambahkan rasa. Liqueurs adalah "sebuah minuman beralkohol yang dibuat dari kombinasi spirit (rum, brendi, gin, wiski, dan dll) dengan bahan penambah rasa tertentu, dan mengandung lebih dari 2,5% sirup gula." Contoh Tia Maria, Kahlua.
Gambar 7. Liqueurs

b.      Arak dan sake
Berasal dari beras dengan kandungan alkohol 16-30%
Gambar 8. Arak

B.     Efek samping
Bila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan efek samping ganggguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan berprilaku. Timbulnya GMO itu disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat. Karena sifat adiktif alkohol itu, orang yang meminumnya lama-kelamaan tanpa sadar akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan atau mabuk.
Mereka yang terkena GMO biasanya mengalami perubahan perilaku, seperti misalnya ingin berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan lainnya, tidak mampu menilai realitas, terganggu fungsi sosialnya, dan terganggu pekerjaannya. Perubahan fisiologis juga terjadi, seperti cara berjalan yang tidak mantap, muka merah, atau mata juling. Perubahan psikologis yang dialami oleh konsumen misalnya mudah tersinggung, bicara ngawur, atau kehilangan konsentrasi.
Efek samping terlalu banyak minuman beralkohol juga menumpulkan sistem kekebalan tubuh. Alkoholik kronis membuat jauh lebih rentan terhadap virus termasuk HIV.
Mereka yang sudah ketagihan biasanya mengalami suatu gejala yang disebut sindrom putus alkohol, yaitu rasa takut diberhentikan minum alkohol. Mereka akan sering gemetar dan jantung berdebar-debar, cemas, gelisah, murung, dan banyak berhalusinasi.
Kandungan alkohol di atas 40 gram untuk pria setiap hari atau di atas 30 gram untuk wanita setiap hari dapat berakibat kerusakan pada organ/bagian tubuh peminumnya. Misalnya, kerusakan jaringan lunak yang ada di dalam rongga mulut, seputar tenggorokan, dan di dalam sistem pencernaan (di dalam perut). Organ tubuh manusia yang paling rawan akibat minuman keras adalah hati atau lever. Seseorang yang sudah terbiasa meminum minuman beralkohol, apalagi dengan takaran yang melebihi batas, setahap demi setahap kadar lemak di dalam hatinya akan meningkat. Akibatnya, hati harus bekerja lebih dari semestinya untuk mengatasi kelebihan lemak yang tidak larut di dalam darah. Dampak lebih lanjut dari kelebihan timbunan lemak di dalam hati tersebut akan memakan hati sehingga selnya akan mati. Kalau tidak cepat diobati akan terjadi sirosis (pembentukan parut) yang akan menyebabkan fungsi hati berkurang dan menghalangi aliran darah ke dalam hati. Kalau tidak segera diobati akan berkembang menjadi kanker hati.
Tidak hanya bagian lever yang akan rusak atau tidak berfungsi, bagian lain seperti otak pun bisa terganggu. Hal itu membuktikan bahwa minuman keras mengakibatkan penyakit yang bisa membawa kematian.
1.      Efek Samping Alkohol Terhadap Tubuh
Jika mengkonsumsi alkohol secara berlebihan akan menimbulkan efek samping pada jasmani sesorang. Efek jasmani dapat dibagi menjadi efek yang terkait alkoholisme akut dan menahun.
a.       Sindrom Klinis Alkoholik Akut
Kadar intoksikasi berkolerasi langsung dengan kadar alkohol darah, yang juga berkorelasi langsung dengan kadar yang terabsorbsi, termetabolisme, dan yang terekskresikan. Makanan terutama susu dan substansi lemak pada lambung dan usus halus dapat mengganggu penyerapan. Setelah alkohol memasuki aliran darah hanya sekitar 5 -10 % yang diekskresikan dalam bentuk tidak dimetabolismekan, sebagian besar ke dalam kemih dan udara pernapasan. Sisanya dimetabolismekan terutama di hati dan diubah menjadi asetaldehida, tetapi sebagian mungkin dimetabolismekan oleh enzim lain. Ketika kadar darah meningkat, maka hambatan pertama pada jaras pengatur subkorteks timbul, yang menyebebkan hipereksitabilitas neuron korteks dan bertangggung jawab terhadap berbagai pola tindak yang masyarakat.
b.      Sindrom Klinis Alkoholik Menahun
Lebih samar-samar dan merusak hampir semua organ, dan jaringan dalam tubuh. Beberapa efek ini dikaitkan dengan gizi, karena alkohol di usus mengganggu penyerapan banyak substansi gizi oleh usus, terutama folat dan vitamin B12. Kadar asetaldehida yang tinggi, sebagai salah satu metabolit alkohol, dapat menimbulkan jejas pada hati, jantung, dan organ-organ lain. Kegiatan radikal bebas yang meninggi pada alkoholik menahun sebagai kemungkinan mekanisme yang lain jejas jaringan. Dengan mekanisme apapun, biasanya peminum berat mengalami perpendekan usia terkait terutama pada kerusakan hati, otak, dan jantung
Ingesti jangka pendek hingga 80 g etanol per hari (delapan botol bir atau 7 ons minuman keras berkadar alkohol 80%) umumnya menyebabkan kelainan hati yang ringan dan reversible, seperti perlemakan hati. Ingesti 160 g atau lebih etanol setiap hari selama 10 hingga 20 tahun dilaporkan secara konsisten menimbulkan cedera yang lebih parah; asupan kronis 80 hingga 160 g per hari dianggap sebagai ambang risiko terjadinya kerusakan yang parah (Robbins, 2007). Tidak ada sirosis atau tidak ada hepatitis alkoholik yang terlihat pada pasien yang mengkonsumsi rata-rata 160 gram ethanol per hari selama kurang dari 5 tahun.
2.      Kelainan Hati yang Disebabkan oleh Alkohol
Sirosis hati terjadi setelah penyalahgunaan alkohol bertahun-tahun. Produk akhir pencernaan alkohol, terutama produk akhir yang dihasilkan di hati seseorang pecandu alkohol, bersifat toksik terhadap hepatosit. Nutrisi yang buruk yang sering menyebabkan kerusakan hati, mungkin dengan merangsang hati secara berlebihan untuk melakukan gluconeogenesis atau metabolisme protein. Sirosis alkohol memiliki 3 stadium (Corwin, 2009).
a.       Penyakit Perlemakan Hati
Kelainan ini merupakan stadium pertama, bersifat reversible dan ditandai oleh penimbunan trigliserida di hepatosit. Alkohol dapat menyebabkan penimbunan trigliserida di hati dengan bekerja sebagai bahan bakar untuk pembentukan energi sehingga asam lemak tidak lagi diperlukan. Produk-produk akhir alkohol, terutama asetaldehida juga mengganggu fosforilasi oksidatif asam-asam lemak oleh mitokondria hepatosit. Sehingga asam-asam lemak tersebut terperangkap di dalam hepatosit. Infiltrasi hati oleh lemak dan dapat kembali apabila ingesti alkohol dihentikan.
b.      Hepatitis Alkohol
Hepatitis alkohol merupakan stadium kedua sirosis alkohol. Hepatitis merupakan peradangan sel-sel hati. Pada pecandu alkohol, peradangan sebagian sel dan nekrosis yang diakibatkan biasnya timbul setelah minum alkohol dalam jumlah besar. Kerusakan hepatosit mungkin disebabkan olek toksisitas produk-produk akhir metabolisme alkohol, terutama asetaldehida dan ion hydrogen. Stadium ini juga dapat kembali apabila ingesti alkohol dihentikan.
c.       Sirosis Alkohol
Sirosis alkohol merupakan stadium akhir sirosis alkohol dan bersifat  tidak dapat kembali. Pada stadium ini, sel-sel hati yang mati diganti oleh jaringan perut. Peradangan kronik menyebabkan timbulnya pembengkakan dan idema interstisium yang dapat menyebabkan kolapsnya pembuluh-pembuluh darah kecil dan meningkatnya resistensi terhadap aliran darah melalui hati.
Selain itu, Selain itu, akibat repons peradangan terbentuk pita-pita fibrosa yang melingkari dan melilit hepatosit-hepatosit yang masih ada. Terjadi hipertensi porta dan asites. Biasanya timbul varies esophagus, rektum, dan abdomen serta icterus hepatoseluler. Resistensi terhadap aliran darah yang melintasi hati meningkat secara progresif dan fungsi hati semakin memburuk (Corwin, 2009).
















BAB III
METODE

A.    Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah peminum alkohol lebih dari 5 tahun mengonsumsi alkohol. Sampel pada penelitian ini adalah peminum alkohol sebanyak 20 sampel dengan kriteria:
a.       Peminum alkohol ( lebih dari 5 tahun)
b.      Bersedia diambil darah

B.     Prosedur Pemeriksaan
1.      Prosedur Pengambilan Darah
a.       Membersihkan tempat yang akan ditusuk terlebih dahulu dengan alkohol swap dan membiarkannya kering kembali.
b.      Memasang torniquet/pembendung pada lengan atas
c.       Menegangkan kulit pada bagian distal dari vena tersebut dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak dapat bergerak.
d.      Menusuk vena pelan-pelan dengan lubang jarum menghadap ke atas dengan tangan kanan sampai ujung jarum masuk ke dalam lumen vena.
e.       Bila berhasil maka segera terlihat darah memasuki spuit dan pengambilan darah dilanjutkan pelan-pelan sampai dengan volume 3 ml
f.       Melepaskan pembendung/torniquet
g.      Menaruh kapas diatas jarum dan mencabut semprit dan jarum.
h.      Mengangkat jarum dari semprit dan mengalirkan darah ke dalam wadah atau tabung yang tersedia melalui dinding.
2.      Prosedur Pembuatan Serum
a.       Mengambil darah vena sebanyak 3ml
b.      Memasukkan darah ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering.
c.       Membiarkan darah pada suhu kamar selama 20 menit.
d.       Mencentrifuge selama 15-20 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
e.       Memisahkan cairan atas (serum) ke dalam tabung lain dan digunakan sebagai bahan pemerikaan.
3.      Pemeriksaan Enzim Gamma Glutamil Transpeptidase
Metode            : Colorimetric, Kinetik, Increasing Reaction SZASZ,  
  standardized to IFCC
Prinsip          : L-ɣ-glutamyl-3-carboxy-nitroanilide+glycylglycine  ɣ-GT   
  L-ɣ-glutamylglycylglycine + 5-amino-2-nitrobenzoat
Temperatur   : 37C
Sampel         : 15 µl
Monoreagen : 250 µl
Incubasi        : 180 s
Baca absorben pada panjang gelombang 405 nm (400-420nm)
4.      Pengukuran terhadap Metrolab 2003 Plus
a.      Menghidupkan Alat
1)      Sambungkan alat dengan kompter
2)      Sambungkan Alat dan komputer dengan Sumber Listrik-UPS
3)      Hidup kan alat dengan menekan tombol On pada tombol On Off atas dibagian atas
4)      Tekan tombol On bagian bawah untuk menghidupkan pendingin reagen
b.      Mengidupkan Komputer
1)      Tekan tombol on pada computer
2)      Tunggu sampai computer loading selesai
3)      Buka aplikasi “Autoanalyzer” dengan klik 2 kali pada icon “autonalyzer”
4)      Tunggu sampai loading selesai dan tampil menu opersioanal metrolab 2300 plus yaitu menu “Autoanalyzer versi 4”
5)      Clik dengan mause “Yes”  saaat ada pilihan “will initiate now? (recommended)
6)      Tunggu  alat melakukan initial sampai selesai
7)      Alat memberikan status Ready  yaitu siap digunakan
5.      Pemeriksaan Sampel
a.       Siapkan serum sampel
b.      Klik Samples(hijau),di menu Sampel (Samples(hijau), STAS (merah), Controls (Kuning), Calibration (biru)
c.       Isi ID pasien
d.      Isi Nama pasien
e.       Pilih GGT
f.       Clik To Tray
g.      Clik icon menu Sampels and Reagen pada menu “Autoanalyzer versi 4”
h.      Lihat posisi nomor sampel yang sesuai (tanda hijau) yang harus diletakkan
i.        Letakkan serum sampel pada tray sampel sesuai nomer yang diminta alat
j.        Jalankan pemeriksaan dengan menekan tambol icon “automatic start” (gambar kunci)
k.      Tunggu sampai selesai melakukan pemeriksaan
l.        Hasil akan muncul pada komputer













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
Berdasarkan Penelitian Pemeriksaan Enzim Gamma Glutamil Transpeptidase pada peminum alkohol di Laboraturium RS Panti Rahayu Purwodadi pada tanggal 25 Januari 2014 diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2.   Hasil Pemeriksaan Enzim Gamma Glutamil Transpeptidase pada Peminum Alkohol
No
Umur
Lama mengkonsumsi alkohol
Hasil
U/L
Keterangan
1
35
10 tahun
80.64
>Normal
2
30
15 tahun
613.3
>Normal
3
42
20 tahun
97.69
>Normal
4
33
18 tahun
74.2
>Normal
5
52
15 tahun
60.79
>Normal
6
26
11 tahun
59.09
>Normal
7
50
38 tahun
56.57
>Normal
8
26
5 tahun
36.47
Normal
9
44
20 tahun
20.64
Normal
10
14
5 tahun
20.96
Normal
11
29
6 tahun
17.52
Normal
12
52
25 tahun
46.41
Normal
13
37
5 tahun
26.39
Normal
20
19
7 tahun
37.92
Normal
15
20
5 tahun
54.2
Normal
16
27
6 tahun
17.36
Normal
17
25
10 tahun
22.67
Normal
18
15
5 tahun
48.55
Normal
19
19
5 tahun
20.03
Normal
20
27
10 tahun
50.4
Normal

Keterangan :
> Normal  : diatas harga normal
Harga Normal
Laki – Laki                        : < 55 U/L
Hasil pemeriksaan enzim Gamma Glutamil Transpeptidase pada peminum alkohol dari 20 sampel dapat dibuat prosentase sebagai berikut :
1.      Dari 20 sampel, 7 sampel mengalami peningkatan aktifitas enzim ƔGT. Jadi prosentasenya adalah
2.      Dari 20 sampel, 13 sampel tidak mengalami peningkatan aktivitas enzim Gamma Glutamil Transpeptidase. Jadi prosentasenya adalah 

B.     Pembahasan
Berdasarkan dari data pemeriksaan enzim Gamma Glutamil Transpeptidase pada peminum alkohol diperoleh hasil yaitu 35% dari 20 sampel ( 1 – 7 ) mengalami peningkatan aktivitas enzim Gamma Glutamil Transpeptidase, 65% dari 20 sampel ( 8 – 20 ) tidak mengalami peningkatan aktivitas enzim Gamma Glutamil Transpeptidase.
Dapat dijelaskan  hasil prosentase pada pemeriksaan enzim Gamma Glutamil Transpeptidase pada peminum alkohol adalah sebagai berikut :
a.       7 sampel peminum alkohol mengalami peningkatan aktivitas enzim Gamma Glutamil Transpeptidase
Peningkatan enzim Gamma Glutamil Transpeptidase pada peminum alkohol dapat memberi petunjuk kelainan fungsi hati akibat alkohol. Peningkatan kadar Gamma Glutamil Transpeptidase  bervariasi sesuai dengan tingkat kerusakan hati. Hal ini terjadi karena  kerusakan sel atau peningkatan permeabilitas membran sel, enzim akan banyak keluar ke ruang ekstra sel dan ke dalam aliran darah. Peningkatan enzim Gamma Glutamil Transpeptidase dapat menjadi petunjuk kemungkinan terjadi gangguan hepatoseluler.


b.      13 sampel peminum alkohol tidak mengalami peningkatan aktivitas enzim Gamma Glutamil Transpeptidase
Hal ini disebabkan karena kemampuan setiap individu dalam memetabolisme alkohol berbeda-beda. Gizi yang memadai juga dapat berpengaruh terhadap adanya peningkatan aktivitas Gamma Glutamil Transpeptidase, karena tidak bisa meningkatkan efek toksik alkohol.
Seorang pecandu alkohol akan mengalami peningkatan kadar Gamma Glutamil Transpeptidase dan akan kembali normal setelah 3 – 6 minggu tidak mengkonsumsi alkohol.












BAB V
KESIMPULAN

Dari 20 sampel yang diperiksa, 35% peminum alkohol menunjukan peningkatan aktivitas enzim Gamma Glutamil Transpeptidase , kemungkinan terjadi kerusakan hepatoseluler. 65% sampel peminum alkohol tidak terjadi peningkatan aktivitas enzim Gamma Glutamil Transpeptidase.
Pemeriksaan enzim Gamma Glutamil Transpeptidase dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi hati dan terjadinya kerusakan hepatoseluler.






















DAFTAR PUSTAKA

Allan Gaw, dkk. 2011. Biokimia Klinis. Jakarta: EGC.
Akbar, Nurul. 1996. Buku Ajar Ilmu Dalam. Jakarta: EGC
Corwin, Elisabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC
Widmann, Frances. 1995. Tinjauan Klinis.Hasil Pemeriksaan Laboraturium. Edisi 9. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar