DUCTUS CARSINOMA
(KANKER PAYUDARA)
A.
DEFINISI
Kanker
payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh
berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara.
Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa
menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada
kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu
sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah
kulit.
B.
EPIDEMIOLOGI
Kanker
adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan kematian
pada manusia. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor
2 setelah penyakit - penyakit kardiovaskular. Diperkirakan, kematian akibat
kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan
di negara berkembang. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia
dan 3 juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang.
Di
Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000
penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke
tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta perubahan
pola penyakit. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
1992, kanker menduduki urutan ke-9 dari
10 penyakit terbesar penyebab utama kematian di Indonesia. Angka proporsi
penyakit kanker di Indonesia cenderung meningkat dari 3,4 (SKRT 1980) menjadi
4,3 (SKRT 1986), 4,4 (SKRT 1992), dan 5,0 (SKRT 1995). Data Profil
Kesehatan RI 1995 menunjukkan bahwa proporsi kanker yang dirawat inap di rumah
sakit di Indonesia mengalami peningkatan dari 4,0% menjadi 4,1%. Selain itu,
peningkatan proporsi penderita yang dirawat inap juga terjadi peningkatan di
rumah sakit DKI Jakarta pada 1993 dan 1994, dari 4,5% menjadi 4,6%. Kanker
payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu
20% dari seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang
didiagnosis setiap tahunnya. Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di
negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. Di Amerika
Serikat, keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan
di AS 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32%
dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000
penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di
antaranya meninggal setiap tahunnya. American Cancer Society
memperkirakan kanker payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di
antaranya meninggal antara 1990-2000.
Kanker
payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di
Indonesia. Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia tidak banyak
berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat teratas.
Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara
ditemukan pada stadium lanjut. Data dari Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan
menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker payudara
menurut golongan penyebab sakit menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993,
yaitu dari 3,9 menjadi 7,8.
C.
ETIOLOGI
Etiologi
kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada
pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
1.
Tinggi melebihi 170 cm. Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena
kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja
membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya
berubah ke arah sel ganas.
2.
Masa reproduksi yang relatif panjang yaitu Menarche pada usia muda dan kurang
dari usia 10 tahun, wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60
tahun), dan wanita yang belum mempunyai anak. Lebih lama terpapar dengan hormon
estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak.
3.
Kehamilan dan menyusui. Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara
saat menyusui.
4. Wanita gemuk. Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
5. Preparat hormon estrogen. Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
4. Wanita gemuk. Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
5. Preparat hormon estrogen. Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
6.
Faktor genetik. Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar
pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara.
D.
KLASIFIKASI
1. Tumor
primer (T)
a. Tx : Tumor
primer tidak dapat ditentukan
b. To : Tidak
terbukti adanya tumor primer
c. Tis : Kanker
in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
d. T1 : Tumor
< 2 cm
T1a : Tumor < 0,5 cm
T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
T1c : Tumor 1 – 2 cm
e. T2 : Tumor 2
– 5 cm
f. T3 : Tumor
diatas 5 cm
g.T4
: Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau
kulit.
T4a
: Melekat pada dinding dada
T4b
: Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit
T4c
: T4a dan T4b
T4d
: Mastitis karsinomatosis
2.
Nodus limfe regional (N)
ü Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
ü N0 : Tidak teraba kelenjar axial
ü N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak
melekat.
ü N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu
sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
ü N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
3.
Metastas jauh (M)
·
Mx : Metastase jauh tidak dapat
ditemukan
·
M0 : Tidak ada metastase jauh
·
M1 : Terdapat metastase jauh,
termasuk kelenjar subklavikula.
Stadium kanker
payudara :
1.
Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada
limfonodus terkena (LN) atau penyebaran luas.
2.
Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa
keterlibatan LN, tidak ada penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan
keterlibatan LN
3.
Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan
keterlibatan LN. Tumor lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
4.
Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm,
dengan keterlibatan LN. semua tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran
jauh
5.
Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran
langsung ke dinding dada atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau
keterlibatan LN supraklavikular.
6. Stadium IV :
semua tumor dengan metastasis jauh.
E. PATOFISIOLOGI
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit
tapi banyak, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, ketergantungan
estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda
dari penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon dan
prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor
yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang
oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau
dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay
(ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara hormone
dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap hormone treatment
(endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau adrenalectomy).
F.
ANATOMI, HISTOLOGI, DAN FISIOLOGI MAMMAE
Mammae terdiri dari berbagai
struktur, yaitu :
a. Parenkim epitel
- Lemak
- pembuluh darah
- saraf
- saluran getah bening
- Otot dan fascia
Kelenjar mammae dewasa adalah kelenjar tubuloalveolar
kompleks yang terdiri atas ±20 lobi. Semua lobi berhubungan dengan duktus
laktiferus yang bermuara di puting susu. Lobi dipisahkan oleh sekat-sekat
jaringan ikat dan jaringan lemak.
Mammae dibungkus oleh fasiapektoralis superficial dimana
permukaan dan posterior dihubungkan oleh ligamentum cooper yang berfungsi
sebagai penyangga. Mammae mulai berkembang saat pubertas, yang distimulasi oleh
estrogen yang berasal dari siklus seksual wanita bulanan; estrogen merangsang
pertumbuhan kelenjar mammaria payudara ditambah dengan deposit lemak untuk
memberi massa payudara.
Pertumbuhan yang lebih besar terjadi selama kehamilan.
Selama kehamilan, sejumlah besar estrogen disekresikan oleh plasenta sehingga
sistem duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan, stroma payudara
juga bertambah besar dan sejumlah besar lemak terdapat di dalam stroma. Empat
hormon lain yang juga penting untuk pertumbuhan sistem duktus: hormon
pertumbuhan, prolaktin, glukokortikoid adrenal, dan insulin. Perkembangan akhir
mammae menjadi organ yang menyekresi air susu juga memerlukan progesteron.
Sekali sistem duktus telah berkembang, progesteron—bekerja secara sinergistik
dengan estrogen, juga dengan semua hormon-hormon lain yang beru disebutkan di
atas—menyebabkan pertumbuhan lobulus payudara, dengan pertunasan alveolus, dan
perkembangan sifat-sifat sekresi dari sel-sel alveoli.
Penurunan mendadak estrogen dan progesteron yang terjadi
seiring dengan keluarnya plasenta pada persalinan memicu laktasi. Setelah
persalinan, laktasi dipertahankan oleh dua hormon penting: (1) prolaktin, yang
bekerja pada epitel alveolus untuk meningkatkan sekresi susu, dan (2) oksitosin,
yang menyebabkan penyemprotan susu.
G.
DIAGNOSIS
1. Mamografi:
memperlihatkan struktur internal payudara, dapat untuk mendeteksi kanker yang
tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal.
2. Galaktografi:
mamogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksikan zat kontras ke dalam
aliran duktus.
3. Ultrasound:
dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan kista dan pada wanita
yang jaringan payudaranya keras, hasil komplemen dari mamografi.
4. Xeroradiografi:
menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
5. Termografi:
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai ”titik panas” karena
peningkatan suplai darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
6. Diafanografi
(transimulasi): mengidentifikasi tumor atau massa dengan membedakan bahwa
jaringan mentransmisikan dan menyebarkan sinar. Prosedur masih diteliti dan
dipertimbangkan kurang akurat daripada mamografi.
7. Scan CT dan
MRI: teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara, khususnya massa yang
lebih besar atau tumor kecil, payudara mengeras yang sulit diperiksa dengan
mamografi. Teknik ini tidak bisa untuk pemeriksaan rutin dan tidak
untuk mamografi.
8. Biopsi payudara
(jarum atau eksisi): memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna
untuk klasifikasi histologi pentahapan dan seleksi terapi yang tepat.
9. Asai hormon
reseptor: menyatakan apakah sel tumor atau spesimen biopsi mengandung reseptor
hormon (estrogen dan progresteron). Pada sel malignan, reseptor kompleks estrogen-plus
merangsang pertumbuhan dan pembagian sel. Kurang lebih duapertiga semua wanita
dengan kanker payudara reseptor estrogennya positif dan cenderung berespon baik
terhadap terapi hormon menyertai terapi primer untuk memperluas periode bebas
penyakit dan kehidupan.
10. Foto dada,
pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah dan scan tulang: dilakukan untuk
mengkaji adanya metastase.
H.
FAKTOR RESIKO
a.
Riwayat pribasi tentang kanker payudara. Resiko mengalami kanker payudara pada
payudara sebelahannya meningkat hamper 1% setiapm tahun.
b. Anak
perempuan atau saudara meningkat 2 kali jika ibunya terkena kanker sebelum usia
60 tahun; resiko meningkat 4 samoai 6 kali jika kanker payudara terjadi pada
dua orang saudara langsung.
c.
Menarki dini. Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi sebelum usia 12 tahun.
d.
Nulipara dan usia maternal lanjut sat kelahiran anak pertama. Wanita yang
mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai resiko dua kali
lipat untuk mengalami kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang mempunyai
anak pertama di usia sebelum 20 tahun.
e.
Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan resiko
untuk mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah menjalani
ooferektomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai resiko sepertiganya.
f.
Riwayat penyakit jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara yang disertai
perubahan epitel propoliratif mempunyai resiko 2 kali lipat untuk mengalami
kanker payudara; wanita dengan hiperflasia tipikal mempunyai resiko empat kali
lipat untuk mnegalami penyakit ini.
g.
Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubaritgas dan sebalum usia 30
tahun beresiko hamper 2 kali lipat.
h.
Obesitas resikomterendah diantara wanita pasca menopause. Bagaimanapun wanita
gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyau angka kematian yang paling sering
berhubungan dengan diagnosis yang lambat.
i.
Kontrasepsi oral. Wanita yang menggunakan kontasepsi oral beresiko tinngi
untuk malami kanker payudara . bagaimanapun resiko ini menurun dengan cepat
setelah penghentian medikasi.
j.
Terapi penggantian hormone. Terdapat laporan yang membingungkan tentang resiko
kanker payudara pada terfapi penggantian hormone. Wanita yang berusia kebih tua
yang menggunakan eksrtogen suplemen dan penggunaan untuk jangka panjang dapat
mengalami peningkatan resiko. Sedangkan penambahan progesterone terhadap
penggantian ekstrogen meningkatkan insidens kanker endometrium, hal ini tidak
menurunkan resiko kanker payudara.
k.
Pemberian alcohol. Sedikit peningkatan resiko ditemukan pada wanita yang mengonsumsi
alcohol bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari. Resikonya dua kali lipat
diantara yang minum alcohol tiga kali sehari.
I.
TANDA DAN GEJALA
Gejala-gejala
kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun
tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan lekukan pada kulit
dan terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama, rasa tidak enak
dan tegang, retraksi putting, pembengkakan lokal. Gejala lain yang ditemukan
yaitu konsistensi payudara yang keras dan padat, benjolan tersebut berbatas
tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm, biasanya dalam stadium ini belum ada
penyebaran sel-sel kanker di luar payudara.
J.
MANIFESTASI KLINIK
Gejala-gejala kanker payudara antara
lain, terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun tidak nyeri, keluar
cairan dari puting, ada perlengketan dan lekukan pada kulit dan terjadinya luka
yang tidak sembuh dalam waktu yang lama, rasa tidak enak dan tegang, retraksi
putting, pembengkakan lokal.
Gejala lain yang ditemukan yaitu
konsistensi payudara yang keras dan padat, benjolan tersebut berbatas tegas
dengan ukuran kurang dari 5 cm, biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran
sel-sel kanker di luar payudara. Kanker payudara dapat terjadi dibagian mana
saja dalam payudara. Tetapi mayoritas terjasi pada kudran atas terluar dimana
sebagian besar jaringan payudara terdapat . kanker payudara umum terjadi pada
payudara sebelah kiri. Umumnya, lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi, dank eras
dengan betasan yang tidak teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada
payudara dan nyeri tekan yang terjadi saat menstruasi biasanya berhubungan
dengan kanker payudara pad akasus yang lebih lanjut.
Dengan meningkatnya penggunaan
mammografi, lebih banyak wanita yang mencari bantuan medis pada [enyakit tahap
awal. Wanita-wanita ini bisa saja tidak mempunyai gejala awal dan tidak
mempunyai benjolan yang dapat diraba, tetepi lesi abnormal padat terdeteksi
pada pada pemeriksaan memmografi.
K.
TERAPI
ü FARMAKOLOGI
Pengobatan
lokal kanker payudara. Tujuan utama terapi lokal adalah menyingkirkan adanya kanker
lokal. Prosedur yang paling penting digunakan untuk penatalaksanaan kanker
payudara lokal adalah masektomi dengan atau tanpa rekonstruksi dan bedah
penyelamatan payudara yang kombnasi dengan terapi radiasi.
a). Masektomi radikal
yang dimodifikasi. Pengangkatan keseluruhan jaringan payudara dan nodus limfe
aksilaris. Otot pektoralis mayor dan minus tetap utuh.
b). Bedah denagn menyelamatkan payudara: lumpektomi ;
masekktomi segmental ; atau kuadrantokmi, reseksi kuadran payudara yang sakit,
pengangkatan nodus aksilaris untuk mengangkat tumor, diikuti dengan perjalanan
terapi radiasi untuk mengangkat penyakit mikroskopik, residual.
Mastektomi
Sebelum pembedahan, dokter menyusun
rencana tentang insisi yang akan dibuat sehingga pengangkatan tumor dan nodus
yang terkena maksimal. Pada saaat yang bersamaan, upaya yang dilakukan untuk
menghindari terbentuknya jaringan parut yanga akan tampak dan restriktif
sasaran pengobatan adalah mempertahankan atau memulihkan fungsi normal tangan,
lengan,soket bahu pada tempat yang sakit setelah pembedahan.
Setelah tumor diangkat, titik perdarahan diligasi dan kulit
ditutup diatas dinding dada. Tandur kulit dilakukan jika flap kulit terlalu
kacil untuk menutup luka. Balutan yang tak melekat mungkin dipasang dan
menutupi dengan balutan tekanan. Dua buah drainase dipasang pada aksila dan di
bawah flap kulit superior dan alat pengisap portable digunakan untuk keperluan
drainase. Bantulan ditahan ditempatnya dengan menggunakan bahan elastic yang
lebar.
Terapi radiasi
Dengan pembedahan yang menyelamatkan
payudara, perjalanan terapi menyinaran radiasi bisanya dilakukan setelah insisi
masa tumor untuk menguragi kecendrungan kambuh dan untuk menyingkirkan kanker
residual. Sekarang ini radiasi pasca operasi jarang dilakukan. Namun, demikian
pada masa lalu impian iridium intertisial, yange membutuhkan dua hari perawatan
dirumah sakit, digunakan sebagai radiasi tambaha pada tempat tumor.
Sekarang ini pengobatan penyinaran electron eksternal telah menggantikan
implantasi iridium secara luas. Radiasi penyinaran eksternal dengan foton yang
diberiakn melaluiakselator linier, diberikan setiap hari selama lebih dari 45
minngu pada seluruh region payudara.
Pembedahan
§ Mastektomi parsial (eksisi tumor
lokal dan penyinaran). Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental
(pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena).
§ Mastektomi total dengan diseksi
aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis
minor.
§ Mastektomi radikal yang
dimodifikasi.Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial.
§ Mastektomi radikal.Seluruh payudara,
otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi aksial.
§ Mastektomi radikal yang
diperluas.Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe
mamaria interna.
Non pembedahan
§ Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang
tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar
limfe aksila.
§ Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah
mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
§ Terapi hormon dan endokrin.
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen,
antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.
ü NON FARMAKOLOGI
v Pola hidup sehat.
v Olahraga.
v Konsumsi makanan yang bergizi
L.
PENCEGAHAN
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan
dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan
milestone. Hampir setiap epidemiologi sepakat bahwa pencegahan yang paling
efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan
deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan
antara lain berupa:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan
primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan
diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup
sehat.
b. Pencegahan
sekunder
Pencegahan
sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker
payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan
populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan
dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami
perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari
semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada
mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat
dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
- Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessement survey.
- Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap tahun.
- Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker
payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas
SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan
mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.
c. Pencegahan
Tertier
Pencegahan tertier biasanya
diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara.
Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita.
Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita
serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan
pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap
ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan
tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan
diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan
aiternatif.
M.
KESIMPULAN
Ca
Mamae adalah sel karsinoma yang tumbuh di daerah payudara. Ca Mamae ini bisa
disebabkan karena faktor internal maupun eksternal. Tanda dan gejala yang biasa
muncul pada pasien Ca Mamae adanya benjolan/massa di payudara, terasa nyeri dan
terjadi pembesaran yang abnormal.
L. SARAN
Kita harus selau waspada dan secara
rutin memeriksa payudara agar apabila terdapat kelainan, bisa langsung diobati
sebelum mengalami tahap yang paling tinggi dan sebelum kanker payudara itu
bermetastasis lebih jauh.
DAFTAR PUSTAKA
- Ama, Faisol, 1990. Masalah Kanker Payudara dan pemecahannya. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia. Tahun XIX. Nomor 1 Maret. Jakarta.
- Ambarsari, Endang, 1998. Faktor-faktor Risiko Kanker Payudara di RSU Persahabatan, Jakarta pada Juni sampai September 1997. Skripsi. FKM UI. Depok.
- Goodwin, Tames S, et all, 1998. Geographic Variations in Breast Cancer Mortality: Do Higher Rates Imply Elevated Incidence or Poorer Survival. American Journal of Public Health. March 1998.
- Grodstein, Francine, et al, 1997. Post Menopausal Hormone Therapy and Mortality. The New England Journal of Medicine VoI 336 No 25. England.
- Profil Kesehatan Indonesia. Pusat Data Kesehatan. Jakarta, 1997
- Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
- Kvale, Gunnar, et al, 1994. Parity in Relation to Mortality and Cancer Incidence: A Prospective Study of Norwegia Women. International Journal of Epidemiology Vol. 23 No.4. Great Britain.
- Manuaba, Tjakra Wibawa, 1996. Karsinoma Mamma: Evaluasi Penatalaksanaan Dalam Kurun Waktu Empat Tahun Sesuai dengan Protokol Peraboi. Majalah Ilmiah Universitas Udayana. Lembaga Penelitian Universitas Udayana. Denpasar.
- Moningkey, Shirley Ivonne, 2000. Epidemiologi Kanker Payudara. Medika; Januari 2000. Jakarta.
- Palupy, Rini Widyastuty, 2000 Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Praktik Pendeteksian Dini Kanker Payudara pada Karyawati Administrasi Universitas Indonesia tahun 1999, FKM UI.
- Perez, Carlos A, 1995. Present and Future of Radiation Therapy in Cancer Management and Quality of Life. Book of Procedings Jakarta International Cancer Conference'95. Jakarta.
- Pratt, William B, et al, 1994. The Anticancer Drugs. Oxford University Press. Oxford New York.
- Ramli, Muchlis, l995. Epidemiological Review of Breast Cancer in Indonesia. Book of Proceedings Jakarta International Cancer Conference'95. Jakarta.
- Smith, Jane and Leaper, David J, 1993, Breast Lumps Aguide to Diseases of Breast. Ieadway. Hodder and Stoughon.
- Srivastata, SK, 1992. Modern Concepts in Surgery. Tata McGraw-HiII Publishing Company Limited. New Delhi.
- Tjahjadi, Gunawan, 1995, Patologyi Tumor Ganas Payudara, Kursus Singkat Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker. 6-8 November. FKUI-POI. Jakarta
- Tjahjadi ,Gunawan,dkk, 1986 Patologyi Tumor Ganas Payudara. Bagian Patologi Anatomi. FKUI. Jakarta.
- Tjindarbumi, 1982 Penemuan Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya dalam: Diagnosis Dini Keganasan sertaPenanggulangannya. FKUI. Jakarta.
- Tjindarbumi, l982 Penanganan kanker Dini dan Lanjut. Bagian Patologi Anatomik. FKUI. Jakarta.
- Tjindarbumi, 1995. Diagnosis dan Pencegahan Kanker Payudara, Kursus Singkat Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker. 6-8 November. FKC.II-POI. Jakarta.
- Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penaggulangannya, Dalam: Deteksi Dini Kanker. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
- Vaidya, M.P, and Shukla, H.S. A textbook of Breast Cancer. Vikas Publishing House PVT LTD.
- Vorherr, Helmuth, 1980. Breast Cancer, Epidemiology, Endocrinology, Biochemistry, and Pathobiology. Urban & Scharzenberger. Baltimore Munich.
- Zahl, Per-Henrik and Tretli, Steiner l997, Long term Survival of Breast Cancer in Norway by Age and Clinical Stage. Statistics in Medicine Vol. 16. Oslo. Norway.
MAKALAH INFEKSI TUMOR
DUCTUS CARSINOMA
Disusun oleh :
1.
DYAH
PRAWESTHI H ( 14082470 A )
2.
PARAMA VICKY A ( 14082546 A )
3.
ALFITRIANIH (
14103087 A )
4.
DINA MARYATI (
14103093 A )
FKK 1 KELOMPOK 1
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar