Senin, 21 September 2015

KANKER PARU



KANKER PARU

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Menurut konsep masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan antara fungsi onkogen dengan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel. Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses multistep carcinogenesis. Dari berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen yang berperan dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen k-ras sedangkan kelompok gen tumor suppresor antaralain, gen p53, gen rb. Sedangkan perubahan kromosom pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering ditemukan pada sel kanker paru.
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru – paru yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasua baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanhyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun.

Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia.

A.    Definisi
Kanker paru-paru berasal dari jaringan paru-paru, biasanya dari lapisan sel di saluran udara. Dua jenis utama kanker ini adalah kanker paru-paru sel kecil (small cell) dan kanker paru-paru bukan sel kecil (non- small cell). Jenis kanker ini didiagnosis berdasarkan bentuk sel di bawah mikroskop. Lebih dari 80% dari semua kanker paru-paru termasuk dalam jenis kanker bukan sel kecil. Ada 3 subtipe utama dari kanker paru-paru bukan sel kecil, yaitu adenocarcinoma, carcinoma sel squamosa dan carcinoma sel besar.
Gambar 1. Paru-paru


B.     Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
1.      Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2.      Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
3.      Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
4.      Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.


5.      Genetik.
Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.

Predisposisi                                                     Gen supresor tumor
Inisitor

                                                                        Delesi/ insersi
Promotor

                                                                        Tumor/ autonomi
Progresor
 

                                                                        Ekspansi/ metastasis
6.      Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.

C.    Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat  berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

D.    Gejala
Kanker paru-paru stadium dini seringkali tidak menunjukkan gejala apapun, melainkan hanya tampak jika dilakukan X-ray. Tapi dengan bertumbuhnya kanker gejala yang umum terjadi antara lain:
1.     Batuk yang terus bertambah berat atau tidak kunjung sembuh.
2.     Kesulitan bernafas, misalnya sesak nafas
3.     Nyeri dada yang terus menerus
4.     Batuk darah
5.     Suara serak
6.     Infeksi paru-paru yang sering, misalnya pneumonia
7.     Selalu merasa sangat letih
8.     Kehilangan berat badan tanpa alasan
Umumnya, gejala-gejala ini bukan akibat kanker. Masalah kesehatan lainnya juga bisa menyebabkan gejala seperti ini. Orang yang mengalami gejala ini harus ke dokter untuk didiagnosis dan dirawat sedini mungkin.



E.     Skrining
Tes skrining dapat membantu dokter menemukan dan mengobati kanker sejak dini. Beberapa metode pendeteksian kanker paru-paru telah diteliti sebagai uji skrining. Metode-metode dalam penelitian ini mencakup tes dahak (sputum, yaitu lendir yang dibawa dari paru-paru melalui batuk), sinar X untuk dada, atau CT scan spiral (helical).
Anda mungkin perlu berkonsultasi dengan dokter tentang faktor risiko Anda sendiri, serta keuntungan dan kerugian saat menjalani uji skrining kanker paru-paru. Seperti keputusan medis lainnya, keputusan untuk melakukan skrining adalah pilihan pribadi. Keputusan Anda akan lebih mudah jika Anda telah mengetahui keuntungan dan kerugian dari uji skrining.

F.     Diagnosis
Jika Anda mempunyai gejala atau hasil skrining yang mengarah ke kanker paru-paru, dokter harus mencari tahu apakah gejala tersebut berasal dari kanker atau penyakit yang lain. Anda akan diminta untuk menjalani tes darah dan prosedur diagnostik berikut ini:
1.     Pemeriksaan Fisik
2.     Sinar X untuk dada
3.     Computed Tomography (CT) Scan
Dokter mungkin akan meminta satu atau beberapa tes berikut ini untuk mengumpulkan sampel:
1.      Sitologi dahak (sputum): Dahak (sputum) dikeluarkan dari paru-paru. Laboratorium akan mengambil sampel dahak (sputum) untuk memeriksa apakah ada sel-sel kanker.
2.      Thoracentesis: Dokter menggunakan jarum panjang untuk mengeluarkan cairan (cairan pleural) dari dada. Laboratorium akan memeriksa cairan untuk mencari apakah ada sel-sel kanker.
3.      Bronkoskopi: Dokter memasukkan tabung tipis bercahaya (bronkoskop) melalui hidung atau mulut ke dalam paru-paru. Dokter mengambil sampel sel dengan jarum, sikat atau alat lain. Dokter juga bisa membersihkan bagian itu dengan air, untuk mengumpulkan sel dalam air.
4.      Aspirasi jarum halus: Dokter menggunakan jarum tipis untuk mengangkat jaringan atau cairan dari paru-paru atau kelenjar getah bening.
5.      Biopsi terbuka:  Jika jaringan tumornya sukar dicapai, dokter mungkin perlu melakukan biopsi langsung pada tumor paru-paru atau kelenjar getah bening melalui insisi di dinding dada.

G.    Menilai kanker paru-paru
Untuk merencanakan pengobatan yang terbaik, dokter harus mengetahui jenis kanker paru-paru dan tingkatan (tahapan) penyakit ini. Tingkatan penting untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar, dan jika kanker sudah menyebar, ke bagian tubuh yang mana penyebarannya. Kanker paru-paru paling sering menyebar ke kelenjar getah bening, otak, tulang, hati dan kelenjar adrenal.




H.    Tahapan Kanker Paru Paru Sel Kecil
Dokter membagi kanker paru-paru sel kecil menjadi dua tahapan:
1.       Tahap terbatas: Kanker hanya ditemukan pada satu paru-paru saja dan pada jaringan di sekitarnya.
2.       Tahap ekstensif: Kanker ditemukan di jaringan dada di luar paru-paru tempat asalnya. Atau kanker ditemukan di organ-organ tubuh yang jauh.

I.       Tahapan pada Kanker Paru-Paru Bukan Sel Kecil
1.       Tahap tersembunyi: Sel kanker paru-paru ditemukan di dahak (sputum) atau di dalam sampel air yang dikumpulkan saat bronkoskopi, tapi tumor tidak terlihat di paru-paru.
2.       Stadium 0: Sel-sel kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam paru-paru. Tumor belum tumbuh menembus lapisan ini. Tumor Stadium 0 juga disebut carcinoma in situ. Tumor ini bukan kanker invasif.
3.       Stadium I: Tumor paru-paru ini bukan kanker invasif. Tumor ini telah tumbuh menembus lapisan terdalam paru-paru dan masuk ke jaringan paru-paru yang lebih dalam. Sel-sel kanker tidak ditemukan pada kelenjar getah bening di sekitarnya.
4.       Stadium II: Tumor paru-paru bisa dalam berbagai ukuran, tapi tumor ini belum menyerang organ-organ tubuh di sekitarnya. Sel-sel kanker ditemukan pada kelenjar getah bening di dekatnya.
5.       Stadium III: Tumor paru-paru ini telah menyebar ke organ tubuh di sekitarnya, atau ke dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama ataupun di sisi yang berlawanan dari tumor tersebut.
6.       Stadium IV: Pertumbuhan yang ganas bisa ditemukan di lebih dari satu lobus paru-paru yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel-sel kanker dapat ditemukan di bagian lain tubuh, misalnya di otak, kelenjar adrenal, hati atau tulang.


B.     Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a.       Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b.      Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c.       Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
d.      Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.

Terapi yang dilakukan untuk kanker paru antara lain:
1.      Terapi Non-Farmakologi
a.       Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
b.      Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
c.       Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.



d.      Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
1)      Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
2)      Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
3)      Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
e.       Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
f.       Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
2.      Terapi Farmakologi
WHO merekomendasikan tiga langkah pendekatan terapi farmakologis (obat-obatan) nyeri kanker, sbb.:
a.       Langkah Pertama: untuk nyeri ringan: obat-obat nyeri non-opioid, yaitu analgetik atau antinyeri (asetaminofen), NSAID atau Non Steroid Anti Inflamatory Drugs (aspirin), adjuvant atau tambahan (antidepressant, antikonvulsan atau anti kejang, antimuntah).
b.      Langkah Kedua: untuk nyeri sedang: opioid lemah ditambah dengan obat nyeri lainnya. Apabila dengan step 1 nyeri tidak berkurang, maka bisa diberikan narkotik dan kombinasi dengan step 1. Narkotik lemah seperti codein, darvon.
c.       Langkah Ketiga: untuk nyeri kuat: opioid kuat ditambah obat nyeri lainnya. Opioid kuat antara lain morfin, methadone, dilaudid, numorphan.


























DAFTAR PUSTAKA


Alberg AJ, Ford JG, Samet JM; American College of Chest Physicians.
Epidemiology and Risk Factors of Lung Cancer. ACCP Evidence-based Clinical Practice Guidelines (2nd Edition). Chest, 2007;132:29S-55S.
Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses Holistik, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.
Perhimpunan Paru Indonesia, 2003. Kanker Paru : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta : PDPI.
Stoppler, M.C,2010. Lung Cancer. Available from : http://www.emedicinehealth/ [Accesed 25 March 2012].
Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar