KANKER
PARU
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit
keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun
keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Menurut konsep masa kini
kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker apabila
oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan antara fungsi onkogen dengan gen
tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel. Perubahan atau
mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau
kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppresor menyebabkan sel tumbuh dan
berkembang tak terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang
dikenal dengan proses multistep carcinogenesis. Dari berbagai penelitian telah
dapat dikenal beberapa onkogen yang berperan dalam proses karsinogenesis kanker
paru, antara lain gen myc, gen k-ras sedangkan kelompok gen tumor suppresor
antaralain, gen p53, gen rb. Sedangkan perubahan kromosom pada lokasi 1p, 3p
dan 9p sering ditemukan pada sel kanker paru.
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat
kanker pada pria dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu
peningkatan insidensi paru – paru yang mengejutkan. America Cancer Society
memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasua baru dalam tahun 1987 dan 136.000
meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun
1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia
menduduki peringkat 4 kanker terbanhyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun
1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim.
Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum
diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar
peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita
1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih
banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun.
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal
dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker
ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak
sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului
oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker
disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan
menghilangnya silia.
A.
Definisi
Kanker paru-paru berasal dari
jaringan paru-paru, biasanya dari lapisan sel di saluran udara. Dua jenis utama
kanker ini adalah kanker paru-paru sel kecil (small cell) dan kanker
paru-paru bukan sel kecil (non- small cell). Jenis kanker ini
didiagnosis berdasarkan bentuk sel di bawah mikroskop. Lebih dari 80% dari
semua kanker paru-paru termasuk dalam jenis kanker bukan sel kecil. Ada 3
subtipe utama dari kanker paru-paru bukan sel kecil, yaitu adenocarcinoma,
carcinoma sel squamosa dan carcinoma sel besar.
Gambar 1. Paru-paru
B.
Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari
kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya
bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
1.
Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor
utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok
berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma
bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih
besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya
dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok
dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam
ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan
tumor.
2.
Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi
pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih
dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan
radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi
operatif.
3.
Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari
pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic
(pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang –
orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan
insiden.
4.
Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai
angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan
walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam
atmosfer di kota.
5.
Genetik.
Teori
Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh
tampilnya gen suppresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah
gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan
(insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau
neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara
alamiah- programmed cell death). Perubahan
tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah
menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian
kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran
kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.
Predisposisi Gen
supresor tumor
Inisitor
Delesi/
insersi
Promotor
Tumor/
autonomi
Progresor
Ekspansi/
metastasis
6.
Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi
betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker
paru.
C.
Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang
percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi
sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen
maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura,
biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan
korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal
dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan
ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala –
gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada
auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat
badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
D.
Gejala
Kanker paru-paru stadium dini
seringkali tidak menunjukkan gejala apapun, melainkan hanya tampak jika
dilakukan X-ray. Tapi dengan bertumbuhnya kanker gejala yang umum terjadi
antara lain:
1.
Batuk yang terus bertambah berat atau tidak kunjung sembuh.
2.
Kesulitan bernafas, misalnya sesak nafas
3.
Nyeri dada yang terus menerus
4.
Batuk darah
5.
Suara serak
6.
Infeksi paru-paru yang sering, misalnya pneumonia
7.
Selalu merasa sangat letih
8.
Kehilangan berat badan tanpa alasan
Umumnya, gejala-gejala ini bukan
akibat kanker. Masalah kesehatan lainnya juga bisa menyebabkan gejala seperti
ini. Orang yang mengalami gejala ini harus ke dokter untuk didiagnosis dan
dirawat sedini mungkin.
E.
Skrining
Tes skrining dapat membantu dokter
menemukan dan mengobati kanker sejak dini. Beberapa metode pendeteksian kanker
paru-paru telah diteliti sebagai uji skrining. Metode-metode dalam penelitian
ini mencakup tes dahak (sputum, yaitu lendir yang dibawa dari paru-paru melalui
batuk), sinar X untuk dada, atau CT scan spiral (helical).
Anda mungkin perlu berkonsultasi dengan dokter tentang faktor risiko
Anda sendiri, serta keuntungan dan kerugian saat menjalani uji skrining kanker
paru-paru. Seperti keputusan medis lainnya, keputusan untuk melakukan skrining
adalah pilihan pribadi. Keputusan Anda akan lebih mudah jika Anda telah
mengetahui keuntungan dan kerugian dari uji skrining.
F.
Diagnosis
Jika Anda mempunyai gejala atau hasil
skrining yang mengarah ke kanker paru-paru, dokter harus mencari tahu apakah
gejala tersebut berasal dari kanker atau penyakit yang lain. Anda akan diminta
untuk menjalani tes darah dan prosedur diagnostik berikut ini:
1.
Pemeriksaan Fisik
2.
Sinar X untuk dada
3.
Computed Tomography (CT) Scan
Dokter mungkin akan meminta satu atau
beberapa tes berikut ini untuk mengumpulkan sampel:
1. Sitologi dahak (sputum): Dahak
(sputum) dikeluarkan dari paru-paru. Laboratorium akan mengambil sampel dahak
(sputum) untuk memeriksa apakah ada sel-sel kanker.
2. Thoracentesis: Dokter menggunakan
jarum panjang untuk mengeluarkan cairan (cairan pleural) dari dada.
Laboratorium akan memeriksa cairan untuk mencari apakah ada sel-sel kanker.
3. Bronkoskopi: Dokter memasukkan
tabung tipis bercahaya (bronkoskop) melalui hidung atau mulut ke dalam
paru-paru. Dokter mengambil sampel sel dengan jarum, sikat atau alat lain.
Dokter juga bisa membersihkan bagian itu dengan air, untuk mengumpulkan sel
dalam air.
4. Aspirasi jarum halus: Dokter
menggunakan jarum tipis untuk mengangkat jaringan atau cairan dari paru-paru
atau kelenjar getah bening.
5.
Biopsi terbuka: Jika
jaringan tumornya sukar dicapai, dokter mungkin perlu melakukan biopsi langsung
pada tumor paru-paru atau kelenjar getah bening melalui insisi di dinding dada.
G.
Menilai kanker paru-paru
Untuk merencanakan pengobatan yang
terbaik, dokter harus mengetahui jenis kanker paru-paru dan tingkatan (tahapan)
penyakit ini. Tingkatan penting untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar,
dan jika kanker sudah menyebar, ke bagian tubuh yang mana penyebarannya. Kanker
paru-paru paling sering menyebar ke kelenjar getah bening, otak, tulang, hati
dan kelenjar adrenal.
H.
Tahapan Kanker Paru Paru Sel Kecil
Dokter
membagi kanker paru-paru sel kecil menjadi dua tahapan:
1.
Tahap terbatas: Kanker hanya ditemukan pada satu paru-paru
saja dan pada jaringan di sekitarnya.
2. Tahap ekstensif: Kanker ditemukan di jaringan dada di luar paru-paru
tempat asalnya. Atau kanker ditemukan di organ-organ tubuh yang jauh.
I.
Tahapan pada Kanker Paru-Paru Bukan Sel Kecil
1.
Tahap tersembunyi: Sel kanker paru-paru ditemukan di
dahak (sputum) atau di dalam sampel air yang dikumpulkan saat bronkoskopi, tapi
tumor tidak terlihat di paru-paru.
2. Stadium 0: Sel-sel kanker ditemukan
hanya pada lapisan terdalam paru-paru. Tumor belum tumbuh menembus lapisan ini.
Tumor Stadium 0 juga disebut carcinoma in situ. Tumor ini bukan kanker
invasif.
3. Stadium I: Tumor paru-paru ini bukan
kanker invasif. Tumor ini telah tumbuh menembus lapisan terdalam paru-paru dan
masuk ke jaringan paru-paru yang lebih dalam. Sel-sel kanker tidak ditemukan
pada kelenjar getah bening di sekitarnya.
4. Stadium II: Tumor paru-paru bisa dalam
berbagai ukuran, tapi tumor ini belum menyerang organ-organ tubuh di
sekitarnya. Sel-sel kanker ditemukan pada kelenjar getah bening di dekatnya.
5. Stadium III: Tumor paru-paru ini telah
menyebar ke organ tubuh di sekitarnya, atau ke dinding dada, diafragma,
pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama ataupun di sisi
yang berlawanan dari tumor tersebut.
6. Stadium IV: Pertumbuhan yang ganas bisa
ditemukan di lebih dari satu lobus paru-paru yang sama, atau di paru-paru yang
lain. Sel-sel kanker dapat ditemukan di bagian lain tubuh, misalnya di otak,
kelenjar adrenal, hati atau tulang.
B. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a.
Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka
harapan hidup klien.
b.
Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c.
Rawat rumah (Hospice care) pada
kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik
pada pasien maupun keluarga.
d.
Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal
sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri
dan anti infeksi.
Terapi yang dilakukan untuk kanker
paru antara lain:
1.
Terapi Non-Farmakologi
a. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru
sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit
sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena
kanker.
b. Toraktomi
eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa
tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan
biopsy.
c. Pneumonektomi
pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan
lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
d. Lobektomi
(pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas
pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi
jamur; tumor jinak tuberkulois.
1) Resesi
segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
2) Resesi
baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik,
atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari
permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
3) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari
pleura viscelaris)
e. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi
dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/
paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/
penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
f. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu
pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau
dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
2.
Terapi Farmakologi
WHO merekomendasikan tiga langkah pendekatan terapi farmakologis
(obat-obatan) nyeri kanker, sbb.:
a.
Langkah Pertama: untuk nyeri ringan: obat-obat nyeri non-opioid, yaitu
analgetik atau antinyeri (asetaminofen), NSAID atau Non Steroid Anti
Inflamatory Drugs (aspirin), adjuvant atau tambahan (antidepressant,
antikonvulsan atau anti kejang, antimuntah).
b.
Langkah Kedua: untuk nyeri sedang: opioid lemah ditambah dengan obat nyeri
lainnya. Apabila dengan step 1 nyeri tidak berkurang, maka bisa diberikan
narkotik dan kombinasi dengan step 1. Narkotik lemah seperti codein, darvon.
c.
Langkah Ketiga: untuk nyeri kuat: opioid kuat ditambah obat nyeri lainnya.
Opioid kuat antara lain morfin, methadone, dilaudid, numorphan.
DAFTAR PUSTAKA
Alberg AJ, Ford JG, Samet
JM; American College of Chest Physicians.
Epidemiology
and Risk Factors of Lung Cancer. ACCP Evidence-based Clinical Practice Guidelines (2nd
Edition). Chest, 2007;132:29S-55S.
Long,
Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses Holistik,
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.
Perhimpunan Paru
Indonesia, 2003. Kanker Paru : Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia. Jakarta : PDPI.
Stoppler, M.C,2010. Lung
Cancer. Available from : http://www.emedicinehealth/ [Accesed 25 March 2012].
Suyono,
Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.
Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan
Sistematik, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar