Senin, 21 September 2015

Jajanan Kembang Gula yang Mengandung Bahan Pewarna Tekstil Rhodamin B



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Identifikasi Masalah
Di zaman modern sekarang ini begitu banyak terjadi perkembangan dibidang industri makanan dan minuman yang bertujuan menarik perhatian para konsumen. Oleh karena itu, prodesen makanan dan minuman menambahkan zat tambahan makanan atau yang sering disebut sebagai food additive dalam produknya.
Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa atau campuran senyawa selain bahan dasar yang terdapat di dalam makanan tertentu sebagai hasil aspek produksi, pengolahan, penyimpanan, atau pengepakan. Tujuan penambahan zat tambahan makanan adalah untuk memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat. Zat tambahan makanan tersebut dapat berupa pemanis, penyedap, pengawet, antioksidan, flavor/aroma, pengemulsi/pengental, zat gizi, pewarna, dan lain-lain.
Warna dan rasa merupakan hal yang sangat penting dari makanan, disamping juga nilai gizi, cita rasa, ataau tekstur yag baik. Oleh karena itu, warna dan rasa menimbulkan banyak pengaruh terhadap konsumen dalam memilih suatu produk makanan dan minuman.
Zat pewarna tekstil biasa dipakai pada makanan yang berwarna mencolok untuk menarik perhatian. Misalnya pada jajanan kembang gula, es sirup warna-warni, jelly, kerupuk, dan saus warna merah pada bakso, siomay. Pewarna tekstil dalam makanan dapat mengakibatkan efek jangka pendek, yaitu pusing, mual, lemas, tidak konsentrasi, mempengaruhi perilaku kita seperti gampang marah dan kekebalan tubuh menurun. Dalam jangka panjangnya adalah komplikasi penyakit, kanker, bahkan bisa menyebabkan kebodohan yang menggerogoti otak anak.
Menurut BPOM RI 50% lebih jajanan makanan mengandung pewarna, pemanis, dan pengawet sintetis (buatan)  yang melebihi ambang batas kesehatan. Salah satu sasaran peredaran makanan yang mengandung zat-zat berbahaya selama ini adalah lingkungan sekolah. Pemanis yang berbahaya adalah pemanis dengan rasa manis berlipat dari gula biasa. Misalnya, sakarin, siklamat, aspartam. Takaran pemakaiannya pun dibatasi dan tidak untuk konsumsi sehari-hari. Misalnya pada kembang gula, sirup, es mambo, dan jajanan lain yang rasanya manis. Ciri-ciri yang kemungkinan mengandung pemanis buatan yaitu jika dimakan, lidah terasa pahit. Apabila sering mengonsumsi pemanis buatan, maka efek angka panjangnya adalah menjadi pemicu kanker, sama seperti zat pewarna dan pengawet.
Zat warna sintetik itu sendiri sebenarnya ada yang aman dan boleh digunakan untuk produk makanan dan minuman, namun ada yang membahayakan kesehatan sehingga tidak diijinkan penggunaannya. Menurut Kep. Dir. Jend. POM Depkes RI Nomor: 00386/C/SK/II/90 tentang Perubahan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan RI No.239/Men.Kes/Per/V/85, kuning metanil dan rhodamin B merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan.
Rhodamin B dan metanil yellow merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil. Walaupun memiliki toksisitas yang rendah, namun pengkonsumsian rhodamin B dalam jumlah yang besar maupun berulang-ulang menyebabkan sifat kumulatif yaitu iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan hati/liver. Rhodamin B dan Methanil Blue biasa digunakan pada pewarnaan industri tekstil dan kertas. Ciri-ciri makanan berpewarna buatan ialah warnanya cerah dan terang. Biasanya, jika terkena baju atau tangan, susah dihilangkan walaupun sudah dicuci.
Banyak sekali jenis jajanan yang dijajakan di sekolah, khususnya di sekolah dasar (SD). Dan kebanyakan dari jajanan tersebut adalah industri rumahan yang tentunya tidak mendapatkan ijin produksi dari BPOM sehingga kehigienisan dari masing-masing jajanan tersebut kurang bisa dijamin. Anak maa yang tidak tertarik melihat jajanan yang dikemas dengan menarik, tampilan warna mencolok ditambah dengan rasanya yang manis dan gurih. Akan tetapi faktanya banyak jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Di salah satu surat kabar Bali Pos pada bulan sepanjang tahun 2011-2012 masih banyak produk makanan yang ditemukan di sekolah-sekolah masih mengandung zat berbahaya dan tidak memenuhi syarat. Salah satunya adalah jajanan kembang gula yang mengandung pewarna tekstil Rodhamin B.

1.2  Perumusan Masalah
Apakah terdapat pewarna tekstil Rodhamin B dalam jajanan kembang gula?

1.3  Tujuan Penelitian
Mengetahui adanya pewarna tekstil Rodhamin B dalam jajanan kembang gula.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Makanan Jajanan
Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa inggrisnya disebut street food menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima dijalanan dan ditempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan dan dikonsumsi tanpa persiapan atau pengolahan lebih lanjut.

1.2 Kembang Gula

 Kue kambang gula, makanan ringan berwarna merah muda ini tampak indah dipandang mata namun siapa sangka, kalau ini menebar ancaman  yang sangat membahayakan. Hasil pengujian sementara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), pada makanan ringan ini sering ditemukan adanya kandungan Rhodamin B dan pemanis buatan yang sering digunakan oleh industri kecil. Sebenarnya, penggunaan zat pewarna ini sudah lama dilarang oleh pemerintah karena berbahaya namun ironisnya hingga kini masih ada juga produsen makanan yang menggunakannya. Sesuai Peraturan Mentri Kesehatan (Permenkes) nomor 239/Menkes/Per/V/85/, zat Rhodamin B ini termasuk salah satu dari 30 zat pewarna yang dinyatakan berbahaya dan dilarang digunakan pada produk pangan.
Efek negatifnya, bisa menyebabkan gangguan fungsi hati atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati. Beberapa penelitiannya menyebutkan, bahwa pada uji terhadap mencit, Rhodamin B menyebabkan terjadinya perubahan sel hati normal menjadi nekrosis dan jaringan disekitarnya mengalami disintegras. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan adanya piknotik (sel yang melakukan pinositosis) dan hiperkromatik dari nucleus, degradasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma.
Untuk mengenali zat Rhodamin B sebenarnya tidak sulit dan bila diamati dari segi fisik cukup mudah untuk dikenali. Bentuknya seperti kristal, biasanya berwarna hijau atau ungu kemerahan. Disamping itu, Rhodamin B juga tidak berbau serta mudah larut dalam larutan berwarna merah terang.

1.3   Sifat Fisik Rhodamine B
a.    Berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu-kemerah –merahan.
b.    Tidak berbau
c.    Titik leburnya pada suhu 165C
d.    Sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan. Larut dalam alkohol, HCl, dan NaOH
e.    Dapat menyerap ke dalam plastik, oleh karena itu harus disimpan dalam gelas

1.4   Ciri Makanan Yang Mengandung Rhodamin B
a.    Warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik
b.    Warna tidak pudar akibat pemanasan (akibat digoreng atau direbus)
c.    Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirup atau limun)
d.    Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya
e.    Baunya tidak alami sesuai makanannya

1.5   Tanda dan Gejala Akut Bila Terpapar Rhodamin B
a.    Jika tertelan, dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda
b.    Jika terkena kulit, dapat menimbulkan iritasi pada kulit
c.    Jika terkena mata, dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, oedema pada kelopak mata
d.    Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan



















BAB III
METODELOGI

3.1  TEST KIT RHODAMINE B
a.)    Mengambil 1 sendok teh bahan makanan yang akan diuji, lalu cacah menjadi bagian-bagian kecil atau iris menjadi bagian kecil-kecil (kalau bahan berupa cairan ambil 1 sendok teh / 2-3 ml). Tambahkan air panas sebanyak 2 sendok makan (10 ml) lalu aduk. Biarkan dingin. Jika produk berupa cairan, cukup gunakan air dingin dengan jumlah / volume yang sama.
b.)   Mengambil 1 sendok teh (sekitar 1-2 ml).Tambahkan reagent a sebanyak 10 tetes. Kocok atau dapat menggunakan vortex untuk pengocokan.
c.)   Warna merah pada larutan akan menghilangatau berkurang drastis intensitas warnanya. Tambahkan 4 tetes reagent b, kocok kembali.Bila warna merah kembali muncul atau menguat intensitas warnanya berarti terdapat pewarna sintesis merah (RHODAMIN B) pada makanan / minuman yang diuji.

3.2  Kromatografi kertas
Prinsip kerjanya adalah kromatography kertas dengan pelarut air (PAM, destilata, atau air sumur). Setelah zat pewarna diteteskan di ujung kertas rembesan (elusi), air dari bawah akan mampu menyeret zat-zat pewrna yang larut dalam air (zat pewarn makanan) lebih jauh dibandingkan dengan zat pewarna tekstil.
Sejumlah sampel 30-50 g ditimbang dalam gelas kimia 100 ml, ditambahkan asam asetat encer kemudian dimasukan benang wool bebas lemak secukupnya, lalu dipanaskan di atas nyala api kecil selama 30 menit sambil diaduk. Benang wool dipanaskan dari larutan dan dicuci dengan air dingin berulang-ulang hingga bersih. Pewarna dilarutkan dari benang wool dengan penambahan ammonia 10% di atas penangas air hingga bebas ammonia.
Totolkan pada kertas kromatografi, juga totolkan zat warna pembanding yang cocok (larutan pekatan yang berwarna merah gunakan pewarna zat warna merah). Jarak rambatan elusi 12 cm dari tepi bawah kertas. Elusi dengan eluen 1 (etilmetalketon : aseton : air = 70 : 30 : 30) dan eluen II (2 gr NaCl dalam 100 ml etanol 50%)
Keringkan kertas kromatografi di udara pada suhu kamar. Amati bercak-bercak yang timbul
Perhitungan / penentuan zat warna dengan cara mengukur nilai Rf dari masing-masing bercak tersebut, dengan cara membagi jarak gerak zat terlarut oleh jarak zat pelarut.

3.3  Kromatrogafi lapis tipis
Diantara berbagai jenis teknik kromatrografi, kromatografi lapis tipis (KLT) adalah yang paling cocok untukk analisis obat di laboratorium farmasi (Stahl,1985). Kromatografi Lapis Tipis dapat digunakan untuk memisahkan berbagai senyawa seperti ion-ion organik, kompleks senyawa-senyawa organik dengan anorganik, dan senyawa-senyawa organik baik yang terdapat di alam dan senyawa-senyawa organik sintetik. KLT merupakan kromatografi adsorbs dan adsorben bertindak sebagai fase stasioner. Empat macam adsorbs dan adsorben bertindak sebagai fase stasioner. Empat macam adsorben yang umum dipakai ialah silica gel ( asam silikat ), alumina ( aluminum oxydae ) , kieselguhr ( diatomeus earth ) dan selulosa. Dari keempat jenis adsorben tersebut yang paling bnayak dipakai adalah silica gel karena hampir semua zat dapat dipisahkan oleh jenis adsorban ini. Sifat sifat umum dari penyerapan-penyerap untuk kromatografi lapis tipis ini adalah mirip dengan sifat-sifat penyerap untuk kromatografi kolom. Dua sifat yang penting dari penyerap adalah besar partikel dan homogenitasnya, karena adhesi terhadap penyokong sangat bergantung pada mereka. Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Ia bergerak dalam di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori , karena ada gaya kapiler. Jika fase gerak dan fase diam telah dipilih dengan tepat, bercak cuplikan awal dipisahkan menjadi sederet bercak, masing-masing bercak diharapkan merupakan komponen tunggal dari campuran. Perbedaan migrasi merupakan dasar pemisahan kromatografi, tanpa perbedaan dalam kecepatan migrasi dari senyawa,tidak mungkin terjadi pemisahan.
Kromatografi berasal dari kata chroma yang berarti warna dan graph yang berarti pembacaan. jadi kromatografi merupakan suatu metode pembacaan warna .Sebenarnya kromatgrafi merupakan suatu metode pemisahan senyawa, pada awalnya metoda ini dipakai untuk memisahkan senyawa - senyawa berwarna dari ekstrak daun, namun dewasa ini juga bisa digunakan untuk memisahkan senyawa yang tak berwarna sekalipun.
 Pemisahan senyawa-senyawa tersebut terjadi karena perbedaan polaritas antar senyawa dengan fase gerak dan fase diam, dan perbedaan migrasi dari tiap senyawa untuk melewati fase diam dengan dorongan dari fase gerak. Biasanya fase diam merupakan suatu senyawa polar, dan fase geraknya merupakan senyawa non polar. Prinsipnya adalah like disolve like, senyawa  yang non polar akan terikat dengan pelarut dan senyawa polar akan terikat pada fase diam .
 Salah satu kesulitan dalam tekhnik pemisahan ini adalah , pada saat pemilihan pelarut/ fase gerak. Karena harus dicari pelarut yang cocok untuk memisahkan senyawa - senyawa yang terkandung dalam sampel. Dan hal itu hanya dapat dicapai dengan proses coba- coba meliputi jenis pelarut yang cocok, campuran pelarut, dan konsentrasi dari campuran pelarut tersebut.
Maka dari percobaan kromatografi pertama saya, dapat dijelaskan sebagai berikut. Sampel yang dipisahkan komponen nya adalah tinta spidol warna hitam, Fase diam nya adalah kertas saring, dan fase gerak yang dipakai adalah air. Tinta spidol yang berwarna hitam di tutulkan pada kertas saring kemudian dikembangkan dengan air,kemudian muncuk warna - warna pembentuknya yaitu kuning, merah , dan biru.Warna - warna tersebut terpisah karena perbedaan kepolaran antar komponen warna.
Warna- warna itu akan muncul pada jarak yang tertentu. Jarak munculnya warna jika dibandingkan dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut akan menghasilkan sebuah harga yang disebut Rf (Retardation factor).
 Harga Rf adalah harga yang spesifik untuk tiap senyawa, sehingga dengan mengetahui harga Rf kita dapat menduga , senyawa apa yang muncul.( Dengan melihat dari referensi . tentu saja dengan menyesuaikan pula kondisi percobaan dan pelarut yang digunakan dalam referensi tersebut)
 Jarak yang ditempuh komponen senyawa
Rf=------------------- ----------------------
Jarak yang ditempuh pelarut

   Dari prinsip kromatgrafi, dewasa ini telah berkembang berbagai instrumen yang berguna untuk analisis baik kualitatif maupun kuantitatif diantaranya HPLC, GC yang dapat mempermudah proses analisis dan memberikan hasil yang memuaskan.












BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan data Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPPOM) Bali, sepanjang tahun 2011-2012, dari 1.212 sampel khusus jajanan kembang gula yang diuji, sekitar 112 sampel atau 9,23 persen produk makanan yang ditemukan di sekolah-sekolah masih mengandung zat berbahaya.

4.2 SARAN
Zat warna merah yang aman sebagai pengganti Rhodamin B adalah zat warna alam, yaitu  karmin, karotenoid yang berasal dari bunga yang berwarna merah atau pewarna sintetik yang diizinkan, yaitu amaranth, dan Erythrosin.
a.)   Pertolongan Pertama Pada Keracunan Rhodamine B
1.    Bila terhirup segera pindahkan korban dari lokasi kejadian,pasang masker berkatup atau perlatan sejenis untuk melakukan pernapasan buatan, bila perlu hubungi dokter.
2.    Cuci kulit dengan sabun dan air mengalir sampai bersih dari Rodamin B, selama kurang lebih 15 menit sampai 20menit. Bila perlu hubungi dokter.
3.    Bila terkena mata, bilas dengan air mengalir atau larutan garam fisilogis, mata dikedip kedipkan sampai dipastikan sisa Rodamin B sudah tidak ada lagi atau sudah bersih. bila perlu hubungi dokter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar