BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Identifikasi Masalah
Di zaman modern sekarang ini begitu banyak terjadi
perkembangan dibidang industri makanan dan minuman yang bertujuan menarik
perhatian para konsumen. Oleh karena itu, prodesen makanan dan minuman
menambahkan zat tambahan makanan atau yang sering disebut sebagai food additive dalam produknya.
Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa atau
campuran senyawa selain bahan dasar yang terdapat di dalam makanan tertentu
sebagai hasil aspek produksi, pengolahan, penyimpanan, atau pengepakan. Tujuan
penambahan zat tambahan makanan adalah untuk memperbaiki karakter pangan agar
mutunya meningkat. Zat tambahan makanan tersebut dapat berupa pemanis,
penyedap, pengawet, antioksidan, flavor/aroma, pengemulsi/pengental, zat gizi,
pewarna, dan lain-lain.
Warna dan rasa merupakan hal yang sangat penting
dari makanan, disamping juga nilai gizi, cita rasa, ataau tekstur yag baik.
Oleh karena itu, warna dan rasa menimbulkan banyak pengaruh terhadap konsumen
dalam memilih suatu produk makanan dan minuman.
Zat pewarna tekstil biasa dipakai
pada makanan yang berwarna mencolok untuk menarik perhatian. Misalnya pada
jajanan kembang gula, es sirup warna-warni, jelly, kerupuk, dan saus warna
merah pada bakso, siomay. Pewarna tekstil dalam makanan dapat mengakibatkan
efek jangka pendek, yaitu pusing, mual, lemas, tidak konsentrasi, mempengaruhi
perilaku kita seperti gampang marah dan kekebalan tubuh menurun. Dalam jangka
panjangnya adalah komplikasi penyakit, kanker, bahkan bisa menyebabkan
kebodohan yang menggerogoti otak anak.
Menurut
BPOM RI 50% lebih jajanan makanan mengandung pewarna, pemanis, dan pengawet
sintetis (buatan) yang melebihi ambang batas kesehatan. Salah satu
sasaran peredaran makanan yang mengandung zat-zat berbahaya selama ini adalah lingkungan
sekolah. Pemanis yang berbahaya adalah pemanis dengan rasa manis berlipat dari
gula biasa. Misalnya, sakarin, siklamat, aspartam. Takaran pemakaiannya pun
dibatasi dan tidak untuk konsumsi sehari-hari. Misalnya pada kembang gula,
sirup, es mambo, dan jajanan lain yang rasanya manis. Ciri-ciri yang
kemungkinan mengandung pemanis buatan yaitu jika dimakan, lidah terasa pahit.
Apabila sering mengonsumsi pemanis buatan, maka efek angka panjangnya adalah
menjadi pemicu kanker, sama seperti zat pewarna dan pengawet.
Zat
warna sintetik itu sendiri sebenarnya ada yang aman dan boleh digunakan untuk
produk makanan dan minuman, namun ada yang membahayakan kesehatan sehingga
tidak diijinkan penggunaannya. Menurut Kep. Dir. Jend. POM Depkes RI Nomor:
00386/C/SK/II/90 tentang Perubahan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.239/Men.Kes/Per/V/85, kuning metanil dan rhodamin B merupakan zat warna
tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan.
Rhodamin B
dan metanil yellow merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai
pewarna tekstil. Walaupun memiliki toksisitas yang rendah, namun pengkonsumsian
rhodamin B dalam jumlah yang besar maupun berulang-ulang menyebabkan sifat
kumulatif yaitu iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata,
iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan hati/liver. Rhodamin B dan Methanil Blue biasa digunakan pada pewarnaan
industri tekstil dan kertas. Ciri-ciri makanan berpewarna buatan ialah warnanya
cerah dan terang. Biasanya, jika terkena baju atau tangan, susah dihilangkan
walaupun sudah dicuci.
Banyak sekali jenis jajanan yang
dijajakan di sekolah, khususnya di sekolah dasar (SD). Dan kebanyakan dari
jajanan tersebut adalah industri rumahan yang tentunya tidak mendapatkan ijin
produksi dari BPOM sehingga kehigienisan dari masing-masing jajanan tersebut
kurang bisa dijamin. Anak maa yang tidak tertarik melihat jajanan yang dikemas
dengan menarik, tampilan warna mencolok ditambah dengan rasanya yang manis dan
gurih. Akan tetapi faktanya banyak jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi
syarat kesehatan. Di salah satu surat kabar Bali Pos pada bulan sepanjang tahun
2011-2012 masih banyak produk
makanan yang ditemukan di sekolah-sekolah masih mengandung zat berbahaya dan
tidak memenuhi syarat. Salah satunya adalah jajanan kembang
gula yang mengandung pewarna tekstil Rodhamin B.
1.2
Perumusan
Masalah
Apakah terdapat pewarna tekstil Rodhamin
B dalam jajanan kembang gula?
1.3
Tujuan
Penelitian
Mengetahui adanya pewarna tekstil Rodhamin
B dalam jajanan kembang gula.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
1.1
Makanan Jajanan
Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima
atau dalam bahasa inggrisnya disebut street
food menurut FAO didefinisikan
sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki
lima dijalanan dan ditempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan
dan dikonsumsi tanpa persiapan atau pengolahan lebih lanjut.
1.2
Kembang Gula
Kue kambang gula, makanan
ringan berwarna merah muda ini tampak indah dipandang mata namun siapa sangka,
kalau ini menebar ancaman yang sangat
membahayakan. Hasil pengujian sementara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),
pada makanan ringan ini sering ditemukan adanya kandungan Rhodamin B dan
pemanis buatan yang sering digunakan oleh industri kecil. Sebenarnya,
penggunaan zat pewarna ini sudah lama dilarang oleh pemerintah karena berbahaya
namun ironisnya hingga kini masih ada juga produsen makanan yang
menggunakannya. Sesuai Peraturan Mentri Kesehatan (Permenkes) nomor
239/Menkes/Per/V/85/, zat Rhodamin B ini termasuk salah satu dari 30 zat
pewarna yang dinyatakan berbahaya dan dilarang digunakan pada produk pangan.
Efek negatifnya, bisa menyebabkan
gangguan fungsi hati atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati. Beberapa
penelitiannya menyebutkan, bahwa pada uji terhadap mencit, Rhodamin B
menyebabkan terjadinya perubahan sel hati normal menjadi nekrosis dan jaringan
disekitarnya mengalami disintegras. Kerusakan pada jaringan hati ditandai
dengan adanya piknotik (sel yang melakukan pinositosis) dan hiperkromatik dari
nucleus, degradasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma.
Untuk mengenali zat Rhodamin B
sebenarnya tidak sulit dan bila diamati dari segi fisik cukup mudah untuk
dikenali. Bentuknya seperti kristal, biasanya berwarna hijau atau ungu
kemerahan. Disamping itu, Rhodamin B juga tidak berbau serta mudah larut dalam
larutan berwarna merah terang.
1.3
Sifat Fisik Rhodamine B
a.
Berbentuk
kristal hijau atau serbuk ungu-kemerah –merahan.
b.
Tidak
berbau
c.
Titik
leburnya pada suhu 165⁰C
d.
Sangat
larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan. Larut dalam
alkohol, HCl, dan NaOH
e.
Dapat
menyerap ke dalam plastik, oleh karena itu harus disimpan dalam gelas
1.4
Ciri Makanan Yang Mengandung
Rhodamin B
a.
Warna
kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik
b.
Warna
tidak pudar akibat pemanasan (akibat digoreng atau direbus)
c.
Ada
sedikit rasa pahit (terutama pada sirup atau limun)
d.
Muncul
rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya
e.
Baunya
tidak alami sesuai makanannya
1.5
Tanda dan Gejala Akut Bila Terpapar
Rhodamin B
a.
Jika
tertelan, dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan menimbulkan
gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda
b.
Jika
terkena kulit, dapat menimbulkan iritasi pada kulit
c.
Jika
terkena mata, dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, oedema pada
kelopak mata
d.
Jika
terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan
BAB III
METODELOGI
3.1 TEST KIT RHODAMINE B
a.)
Mengambil 1 sendok teh bahan
makanan yang akan diuji, lalu cacah menjadi bagian-bagian kecil atau iris
menjadi bagian kecil-kecil (kalau bahan berupa cairan ambil 1 sendok teh / 2-3
ml). Tambahkan air panas sebanyak 2 sendok makan (10 ml) lalu aduk. Biarkan
dingin. Jika produk berupa cairan, cukup gunakan air dingin dengan jumlah /
volume yang sama.
b.)
Mengambil 1 sendok teh (sekitar 1-2
ml).Tambahkan reagent a sebanyak 10 tetes. Kocok atau dapat menggunakan vortex
untuk pengocokan.
c.)
Warna merah pada larutan akan
menghilangatau berkurang drastis intensitas warnanya. Tambahkan 4 tetes reagent
b, kocok kembali.Bila warna merah kembali muncul atau menguat intensitas
warnanya berarti terdapat pewarna sintesis merah (RHODAMIN B) pada makanan
/ minuman yang diuji.
3.2 Kromatografi kertas
Prinsip kerjanya adalah
kromatography kertas dengan pelarut air (PAM, destilata, atau air sumur).
Setelah zat pewarna diteteskan di ujung kertas rembesan (elusi), air dari bawah
akan mampu menyeret zat-zat pewrna yang larut dalam air (zat pewarn makanan)
lebih jauh dibandingkan dengan zat pewarna tekstil.
Sejumlah sampel 30-50 g ditimbang dalam gelas kimia 100 ml,
ditambahkan asam asetat encer kemudian dimasukan benang wool bebas lemak
secukupnya, lalu dipanaskan di atas nyala api kecil selama 30 menit sambil
diaduk. Benang wool dipanaskan dari larutan dan dicuci dengan air dingin
berulang-ulang hingga bersih. Pewarna dilarutkan dari benang wool dengan
penambahan ammonia 10% di atas penangas air hingga bebas ammonia.
Totolkan pada kertas kromatografi, juga totolkan zat warna
pembanding yang cocok (larutan pekatan yang berwarna merah gunakan pewarna zat
warna merah). Jarak rambatan elusi 12 cm dari tepi bawah kertas. Elusi dengan
eluen 1 (etilmetalketon : aseton : air = 70 : 30 : 30) dan eluen II (2 gr NaCl
dalam 100 ml etanol 50%)
Keringkan kertas kromatografi di udara pada suhu kamar.
Amati bercak-bercak yang timbul
Perhitungan / penentuan zat warna dengan cara mengukur nilai
Rf dari masing-masing bercak tersebut, dengan cara membagi jarak gerak zat
terlarut oleh jarak zat pelarut.
3.3 Kromatrogafi lapis tipis
Diantara berbagai jenis teknik
kromatrografi, kromatografi lapis tipis (KLT) adalah yang paling cocok untukk
analisis obat di laboratorium farmasi (Stahl,1985). Kromatografi Lapis Tipis
dapat digunakan untuk memisahkan berbagai senyawa seperti ion-ion organik,
kompleks senyawa-senyawa organik dengan anorganik, dan senyawa-senyawa organik
baik yang terdapat di alam dan senyawa-senyawa organik sintetik. KLT merupakan
kromatografi adsorbs dan adsorben bertindak sebagai fase stasioner. Empat macam
adsorbs dan adsorben bertindak sebagai fase stasioner. Empat macam adsorben
yang umum dipakai ialah silica gel ( asam silikat ), alumina ( aluminum oxydae
) , kieselguhr ( diatomeus earth ) dan selulosa. Dari keempat jenis adsorben
tersebut yang paling bnayak dipakai adalah silica gel karena hampir semua zat
dapat dipisahkan oleh jenis adsorban ini. Sifat sifat umum dari
penyerapan-penyerap untuk kromatografi lapis tipis ini adalah mirip dengan
sifat-sifat penyerap untuk kromatografi kolom. Dua sifat yang penting dari penyerap
adalah besar partikel dan homogenitasnya, karena adhesi terhadap penyokong
sangat bergantung pada mereka. Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas
satu atau beberapa pelarut. Ia bergerak dalam di dalam fase diam, yaitu suatu
lapisan berpori , karena ada gaya kapiler. Jika fase gerak dan fase diam telah
dipilih dengan tepat, bercak cuplikan awal dipisahkan menjadi sederet bercak,
masing-masing bercak diharapkan merupakan komponen tunggal dari campuran.
Perbedaan migrasi merupakan dasar pemisahan kromatografi, tanpa perbedaan dalam
kecepatan migrasi dari senyawa,tidak mungkin terjadi pemisahan.
Kromatografi
berasal dari kata chroma yang berarti warna dan graph yang berarti pembacaan.
jadi kromatografi merupakan suatu metode pembacaan warna .Sebenarnya
kromatgrafi merupakan suatu metode pemisahan senyawa, pada awalnya metoda ini
dipakai untuk memisahkan senyawa - senyawa berwarna dari ekstrak daun, namun
dewasa ini juga bisa digunakan untuk memisahkan senyawa yang tak berwarna
sekalipun.
Pemisahan
senyawa-senyawa tersebut terjadi karena perbedaan polaritas antar senyawa
dengan fase gerak dan fase diam, dan perbedaan migrasi dari tiap senyawa untuk
melewati fase diam dengan dorongan dari fase gerak. Biasanya fase diam
merupakan suatu senyawa polar, dan fase geraknya merupakan senyawa non polar.
Prinsipnya adalah like disolve like, senyawa yang non polar akan terikat
dengan pelarut dan senyawa polar akan terikat pada fase diam .
Salah
satu kesulitan dalam tekhnik pemisahan ini adalah , pada saat pemilihan
pelarut/ fase gerak. Karena harus dicari pelarut yang cocok untuk memisahkan
senyawa - senyawa yang terkandung dalam sampel. Dan hal itu hanya dapat dicapai
dengan proses coba- coba meliputi jenis pelarut yang cocok, campuran pelarut,
dan konsentrasi dari campuran pelarut tersebut.
Maka
dari percobaan kromatografi pertama saya, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Sampel yang dipisahkan komponen nya adalah tinta spidol warna hitam, Fase diam
nya adalah kertas saring, dan fase gerak yang dipakai adalah air. Tinta spidol
yang berwarna hitam di tutulkan pada kertas saring kemudian dikembangkan dengan
air,kemudian muncuk warna - warna pembentuknya yaitu kuning, merah , dan
biru.Warna - warna tersebut terpisah karena perbedaan kepolaran antar komponen
warna.
Warna- warna itu akan muncul pada jarak yang tertentu. Jarak munculnya warna jika dibandingkan dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut akan menghasilkan sebuah harga yang disebut Rf (Retardation factor).
Warna- warna itu akan muncul pada jarak yang tertentu. Jarak munculnya warna jika dibandingkan dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut akan menghasilkan sebuah harga yang disebut Rf (Retardation factor).
Harga
Rf adalah harga yang spesifik untuk tiap senyawa, sehingga dengan mengetahui
harga Rf kita dapat menduga , senyawa apa yang muncul.( Dengan melihat dari
referensi . tentu saja dengan menyesuaikan pula kondisi percobaan dan pelarut
yang digunakan dalam referensi tersebut)
Jarak yang ditempuh komponen senyawa
Rf=------------------- ----------------------
Jarak yang ditempuh pelarut
Dari prinsip kromatgrafi, dewasa ini telah berkembang berbagai instrumen yang berguna untuk analisis baik kualitatif maupun kuantitatif diantaranya HPLC, GC yang dapat mempermudah proses analisis dan memberikan hasil yang memuaskan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN
SARAN
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan data Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan (BPPOM) Bali, sepanjang tahun 2011-2012, dari 1.212
sampel khusus jajanan kembang gula yang diuji, sekitar 112 sampel atau 9,23
persen produk makanan yang ditemukan di sekolah-sekolah masih mengandung zat
berbahaya.
4.2 SARAN
Zat warna merah yang aman sebagai
pengganti Rhodamin B adalah zat warna alam, yaitu karmin, karotenoid yang berasal dari bunga
yang berwarna merah atau pewarna sintetik yang diizinkan, yaitu amaranth, dan
Erythrosin.
a.)
Pertolongan
Pertama Pada Keracunan Rhodamine B
1.
Bila terhirup segera pindahkan
korban dari lokasi kejadian,pasang masker berkatup atau perlatan sejenis untuk
melakukan pernapasan buatan, bila perlu hubungi dokter.
2.
Cuci kulit dengan sabun dan air
mengalir sampai bersih dari Rodamin B, selama kurang lebih 15 menit sampai
20menit. Bila perlu hubungi dokter.
3.
Bila terkena mata, bilas dengan air
mengalir atau larutan garam fisilogis, mata dikedip kedipkan sampai dipastikan
sisa Rodamin B sudah tidak ada lagi atau sudah bersih. bila perlu hubungi
dokter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar