Ascaris
Ascaris lumbricoides atau yang lebih dikenal dengan cacing
gelang merupakan salah satu cacing yang merugikan bagi manusiadari kelas
Nematoda dalam Filum Nemathelminthes. Ascaris lumbricoides hidup
di dalam tubuh tepatnya di dalam usus halus. Ascaris lumbricoides hidup
di dalam usus halus karena di dalam usus halus cacing perut ini dapat
memperoleh makanan dengan mudah. Ascaris lumbricoides masuk ke dalam
tubuh melalui makanan yang telah terkontaminasi telur cacing perut.
Telur cacing perut keluar bersama feses, ketika telur
cacing tersebut berada di makanan dan makanan itu kita makan maka kemungkinan
besar cacing ini akan tumbuh di dalam tubuh kita. Setelah telur masuk ke dalam
tubuh, telur akan menetas dan akan menjadi cacing ke dalam usus halus. Karena
ukurannya yang microscopis, maka cacing ini dapat menembus dinding-dinding
usus, jalan terus hingga ke paru-paru. Sampai paru-paru cacing perut ini terus
berjalan ke trakea lalu kembali lagi ke dalam usus halus melalui esofagus.
2.1 Siklus
Hidup
Bentuk infektif bila tertelan oleh manusia dengan
menetas diusus halus. Larvanya akan menembus dinding usus halus menuju pembuluh
darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran
darah ke paru, larva yang ada di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu
dinding alveolus masuk rongga alveolus kemudian naik ke trakea melalui
bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga akan
menimbulkan rangsangan pada faring. Selanjutnya larva akan masuk ke saluran pencernaan
dan di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa akan
melakukan perkawinan sehingga cacing betina akan gravid dan bertelur. Telur
cacing akan bercampur dengan faeces manusia. Pada saat buang air besar telur
keluar bersama faeces dan berada di alam (tanah) untuk menjadi matang. Telur
matang tertelan kembali oleh manusia melalui makanan yang terkontaminasi telur.
Satu putaran siklus hidup Ascaris
lumbricoides akan berlangsung kurang lebih selama dua bulan.
3.1
Morfologi dan Lingkungan Hidup
Cacing Ascaris
lumbricoides memiliki 2 stadium dalam perkembangannya, yaitu :
1. Telur :
telur fertil, infertil dan yang telah mengalami dekortikasi
2. Bentuk
dewasa.
Stadium
telur spesies ini berbentuk bulat oval dan ukurannya berkisar antara 45 – 75
mikron x 35 – 50 mikron. Telur Ascaris
lumbricoides sangat khas dengan susunan dinding telurnya yang relatif tebal
dengan bagian luar yang berbenjol-benjol. Dinding telur tersebut tersusun atas
tiga lapisan, yaitu :
a. Lapisan
luar yang tebal dari bahan albuminoid yang bersifat impermiabel.
b. Lapisan
tengah dari bahan hialin bersifat impermiabel ( lapisan ini yang memberi bentuk
telur )
c. Lapisan
paling dalam dari bahan vitelline bersifat sangat impermiabel sebagai pelapis
sel telurnya.
Telur cacing ini sering ditemukan dalam 2
bentuk, yaitu telur fertile (dibuahi) dan telur yang infertile (tidak dibuahi).
Telur fertil yang belum berkembang biasanya tidak memiliki rongga udara, tetapi
yang telah mengalami perkembangan akan didapatkan rongga udara. Pada telur
fertile yang telah mengalami pematangan kadangkala mengalami pengelupasan
dinding telur yang paling luar sehingga penampakan telurny tidak lagi
berbenjol-benjol kasar melainkan tampak halus. Telur yang telah mengalami
pengelupasan pada lapisan albuminoidnya tersebut sering dikatakan telah
mengalami proses dekortikasi. Pada telur ini lapisan hialin menjadi lapisan
yang paling luar.
Telur
infertil; bentuknya lebih lonjong, ukuran lebih besar, berisi protoplasma yang
mati sehingga tampak lebih transparan.
Pada stadium
dewasa, cacing spesies ini dapat dibedakan jenis kelaminnya. Biasanya jenis
betina memiliki ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan jantan. Pada
bagian kepala (anterior) terdapat 3 buah bibir yang memiliki sensor papillae,
satu pada mediodorsal dan 2 buah pada ventrolateral. Diantara 3 bibir tersebut
terdapat bucal cavity yang berbentuk trianguler dan berfungsi sebagai mulut.
Jenis kelamin jantan memiliki ukuran panjang berkisar antara 10 – 30 cm
sedangkan diameternya antara 2 – 4 mm. Pada bagian posterior ekornya melingkar
ke arah ventral dan memiliki 2 buah spikula. Sedangkan jenis kelamin betina
panjang badannya berkisar antara 20 – 35 cm dengan diameter tubuh antara 3 – 6
mm. Bagian ekornya relatif lurus dan runcing.
Gambar telur
Cacing Ascaris lumbricoides :
4.1Epidemiologi
Infeksi yang
disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides disebut Ascariasis. Di
Indonesia prevalensi Ascariasis tinggi, frekuensinya antara 60% sampai
90% terutama terjadi pada anak-anak. A. lumbricoides banyak terjadi pada
daerah iklim tropis dan subtropis khususnya negara-negara berkembang seperti
Amerika Selatan, Afrika dan Asia
Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000 –
200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan yang tidak
dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai maka telur yang dibuahi akan
berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu.
Spesies ini dapat ditemukan hampir diseluruh dunia,
terutama didaerah tropis dengan suhu panas dan sanitasi lingkungan jelek. Semua
umur dapat terinfeksi jenis cacing ini. Anak kecil yang sering bermain
dengan tanah akan berpeluang besar untuk terkontaminasi oleh telur cacing,
mengingat telur cacing ini mengalami pematangan di tanah. Dengan demikian perlu
diperhatikan kebersihan diri dan sanitasi lingkungan sekitar tempat bermain
anak.
5.1 Patologi
Klinik
Gejala
klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.
Pada stadium
larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru
akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan
kumpulan tanda seperti demam, sesak napas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu.
Pada stadium
dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak
nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat
menyebabkan akut abdomen.
6.1 Diagnosa
Diagnosa
pasti untuk Askarisasis yaitu dengan cara menemukan telur cacing dewasa pada
feses. Metode-metode yang digunakan dalam pemeriksaan feses ada dua cara, yaitu
dengan metode langsung (dengan kaca prnutup ataupun tidak dengan kaca penutup)
dan meetode tidak langsung (dengan cara sedimentasi atau sentrifuge, cara
flotasi dengan NaCl jenuh).
Salah satu
metode pemeriksaan telur cacing selain dengan pemeriksaan tinja yang diagnosis,
dapat pula dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik melalui mulut (berupa
muntahan) ataupun kotoran atau tinja.
7.1 Pengobatan
Pengobatan
dengan farmasi
Pengobatan
askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pirantel pamoat,
mebendazol,albendazol, piperasin
Pengobatan
tradisional
Beberapa
hasil studi terbaru dalam literature medis yang mengusulkan benihsemangka dan
papaya yang dijemur dibawah terik matahari dapat mengurangiinfeksi cacing. Pada
orang dewasa diberikan dosis satu sendok makan benih yangdicampur dengan gula
dalam satu gelas air satu kali seminggu selama duaminggu. Gula memberikan rasa
pahit yang bertindak sebagai obat pencuci perut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar